NAMA : AINI RIZKIANA
NIM : 1005015068
(GAMETOGENESIS PADA INVERTEBRATA DAN
VERTEBRATA)
A.
Invertebrata
-
Pengertian Hewan Invertebrata
Hewan Invertebrata adalah hewan yang
tidak bertulang belakang, serta memiliki struktur morfologi dan anatomi lebih
sederhana dibandingkan dengan kelompok hewan bertulang punggung/belakang, juga
sistem pencernaan, pernapasan dan peredaran darah lebih sederhana dibandingkan
hewan invertebrata.
-
Gametogenesis pada Invertebrata
Invertebrata adalah hewan yang tidak mempunyai
tulang punggung atau ruas-ruas tulang belakang. Invertebrata terdiri dari
beberapa phyllum, yaitu :
- Phyllum Porifera
Spermatogenesis
spons
Spermatogonia pada spons berasal dari
choanocytes dan achaeocytes karna ada fakta yang menunjukkan bahwa choanocytes
mengalami transformasi ke achaeocytes atau sebaliknya (Sara, 1992), dan
spermatogenesis terjadi pada spermatic cyst. Diferensiasi sperma terbagi atas
tiga bentuk, yaitu:
•
Semua sel pada
semua cyst mungkin berkembang secara bersama-sama (synchronous), misalnya
Polimastia mammilaris, Axinella damicornis
•
Diferensiasi
sel dalam sebuah cyst secara bersama-sama, tetapi tahap perkembangan bervariasi
pada cyst yang berbeda, misalnya pada spons air tawar Ephydatia fluviatilis.
•
Sel berkembang
pada beberapa cyst yang berbeda, misalnya Aaptos aaptos (Harrison dan De Vos,
1991).
Gambar 1
Spermatosit tahap IV (spermatid) di dalam kantong sperma (spermatic cyst) pada
sponge laut Aaptos aaptos.
Oogenesis spons
Oogonia pada spons berasal dari achaeocytes
atau choanocytes (Ruppert dan Barnes, 1991). Oogonia yang asal mulanya dari
choanocytes, seperti pada spons jenis Suberitas massa, Oscarella lobularis dan
Clathirina cerebrum. Choanocystes memanjang, dan nukleusnya berkembang dengan
nukleolus yang menonjol. Sitoplasma berisi peningkatan jumlah mitokondria dan
menjadi lebar. Badan golgi semakin lama semakin berkembang. Choanocystes
kehilangan sel-sel leher dan flagellanya sebelum bermigrasi ke dalam mesohyl
dan mengakumulasi phagosome (Harrison dan De Vos, 1991).
•
Secara
histologis, pada tahap oosit I, oosit ukurannya masih sangat kecil, inti sel
belum nampak jelas, begitu pula anak inti. Ukuran oosit pada tahap ini adalah
berkisar 20–45 mm.
•
Pada tahap
oosit II, oosit semakin besar dan ukurannya lebih besar daripada oosit I.
Ukuran oosit pada tahap ini adalah berkisar 48–66 mm.
•
Pada tahap
oosit III, oosit sudah semakin besar dan ukurannya lebih besar daripada oosit
II. Ukuran oosit pada tahap ini adalah berkisar 67–83 mm.
•
Pada tahap
oosit IV (matang), oosit sudah semakin besar dan mencapai ukuran maksimum. Pada
tahap ini oosit sudah berubah menjadi ootid atau telur yang siap dipijahkan.
Ukurannya pada tahap ini lebih besar daripada oosit III. Ukuran ootid atau
telur pada tahap ini adalah berkisar 84–134 mm.
Gambar 2 Oosit tahap IV (matang) pada sponge
laut Aaptos aaptos.
Fertilisasi
Sperma dan sel telur dihasilkan oleh
amoebocytes. Sperma keluar dari tubuh induk melalui osculum bersama aliran air
dan masuk ke individu lain melalui ostium juga bersama aliran air. Sperma akan
masuk ke choanocytes atau amoebocytes yang berada di dalam spongocoel atau
flagellated chamber. Sel amoebocytes beserta sperma melebur dengan sel telur,
selanjutnya terjadi pembuahan (fertilisasi). Perkembangan embrio sampai menjadi
larva berflagela masih di dalam mesohyl. Larva berflagela (larva amphiblastula)
keluar dari mesohyl dan bersama aliran air keluar dari tubuh induk melalui
osculum. Larva amphiblastula berenang bebas, beberapa saat kemudian menempel
pada substrat dan berkembang menjadi spons muda sessile dan akhirnya tumbuh menjadi
besar dan dewasa.
- Phyllum Coelenterata
Spermatogenesis
Spermatogenesis berlangsung lebih lama daripada
oogenesis yaitu Januari-April, spermatozoa yang siap untuk dilepaskan terdapat di
bulan April. Spermatosit mula-mula ditemukan pada 27 Januari dalam bentuk sekumpulan sel berdiameter 2 - 5
mm dalam mesenteri yang disebut sebagai Testis stadia I (Gambar 3). Testis
stadia II ditemukan pada 27 Januari- 1 Maret
dari koloni karang yang berbeda. Pada stadia ini, sekumpulan sel telah
bertambah jumlahnya dan rapat membentuk bulatan dengan diameter 15 – 45 ìm dan ditengahnya terbentuk lumen. Selanjutnya
testis stadia III terdapat dalam mesenteri karang pada 17 Maret. Testis III
ditandai dengan berkembangnya ukuran testis mencapai 110 ìm dan sel-sel
spermatosit telah menyebar menjadi sperma. Sehingga terbentuk testis stadia IV
dari tanggal 29 Maret-14 April dengan
ukuran mencapai 300 ìm. Ciri spermatosit stadia IV ditandai dengan testis tersusun
atas sperma yang memiliki kepala dan ekor sehingga membentuk formasi “buket
bunga” atau “kipas”.
Gambar 4. Mikrograf testis pada Karang
Acropora aspera di P. Panjang; a. stadia I; b. stadia II; c. stadia III; c.
stadia IV (s: spermatozoa; Skala Bar=200 ìm).
Berdasarkan hasil pengamatan susunan gonad dan
tidak ditemukannya planulae dalam polip karang, maka karang Acropora aspera
yang hidup di dataran P. Panjang adalah “hermaphroditic broadcastspawner”. Karang
ini termasuk dalam kelompok hermaphrodite dimana dalam satu polipnya terdapat gamet
jantan dan betina. Model reproduksinya adalah melepaskan gamet-gamet di
perairan sehingga fertilisasi terjadi secara eksternal. Hal serupa juga
dilaporkan pada jenis yang sama di Great Barrier Reef Australia, bahwa karang
tersebut berkelamin hermafrodit dengan kematangan gonad jantan dan betina
secara bersama dan model reproduksinya broadcast-spawner namun belum jelas
musim pemijahannya (Bothwell, 1982).
Terdapatnya dua kelompok ukuran oosit dalam suatu
polip dan siklus spermatogenesis berlangsung lebih lama, yaitu kurang lebih
sekitar 4 (empat) bulan menunjukkan karang A. aspera memiliki siklus oogenesis
lebih dari sekali. Ditemukannya gamet matang di bulan Oktober dan absennya
gamet di bulan Nopember, diperkirakan gamet-gamet dipijahkan di bulan Oktober.
Selanjutnya keadaan yang sama juga terjadi pada bulan April dimana gamet matang
di bulan April gamet-gamet absen di bulan Mei. Untuk itu, siklus gametogenesis
karang A. aspera di P. Panjang ini terjadi secara musiman, diperkirakan terjadi
di bulan Okober dan April. Spawning karang Acropora biasanya terjadi sekali dalam
setahun (lihat review Richmont dan Hunter, 1990; Harrison dan Wallace, 1990)
namun penyimpangan terkadang dapat terjadi di beberapa wilayah terisolasi dan
mengalami gangguan fisik atau pencemaran. Seperti reproduksi karang A. palifera
dan A. cuneata di wilayah terumbu yang mengalami gangguan melakukan strategi
reproduksi melalui spawning musiman (Kojis, 1986a; Kojis, 1986b). Koloni A.
cuneata mempunyai dua siklus gametogenesis, satu siklus dengan kematangan gonad
mendekati waktu seperempat bulan (lunar) di bulan April dan siklus berikutnya
terjadi pada bulan Juni pada penanggalan yang sama.
Terdapatnya gamet matang pada dua periode dalam
setahun juga kemungkinan berkorelasi dengan periode insolasi matahari/solar
insolation. Hal ini sebagai hasil kajian Penland et al. (2004) bahwa proses
gametogenesis diakibatkan oleh peningkatan perubahan insolasi matahari.
Insolasi matahari maksimal terjadi dua kali dalam setahun sehingga kejadian
kematangan gamet dua kali dalam setahun kemungkinan dapat terjadi pada populasi
karang. Lebih lanjut dijelaskan bahwa terdapat 3 siklus gametogenesis pada
karang dalam periode 2 tahun yang menghasilkan spawning di bulan
Agustus-September, April-Mei dan Februari-Maret. Di Great Barrier
Reef-Australia karang Acropora spawning di musim panas Oktober-Nopember
(Babcock et al.,1986; Willis et l., 1985), di Karibia spawning di bulan
Juli-Agustus (Szmant, 1986), di Okinawa spawning di bulan Juni (Heyward et al.,
1987), sedangkan di Laut Merah spawning di bulan Juli-Agustus (Shlesinger et
al., 1998) sedangkan di Lombok-NTB, dua jenis Acropora spawning pada Februari
(Bachtiar, 2001).
Oogenesis
Dari 20 (dua puluh) sampel koloni karang Acropora
aspera, hanya 9 koloni yang berisi oosit dalam polipnya. Oosit ditemukan pada 3
Oktober, 27 Januari, 1 Maret, 29 Maret, dan 28 April. Sebaliknya pada 4
Nopember, 2 Desember dan 26 Mei tidak ditemukan oosit dalam polip karang. Pada
3 Oktober, oosit yang ditemukan telah matang dengan diameter mencapai 450 mm.
Namun pada Nopember-Desember, mesentri tidak berisi oosit. Diduga oosit yang
telah matang telah dilepaskan sepanjang bulan Oktober.
Pembentukan gamet betina dimulai lagi pada bulan
Januari, mesenteri karang telah terisi oleh oosit dengan diameter rata-rata 213
mm. Kemudian oosit berkembang hingga mencapai diameter ratarata 314 mm pada
bulan April. Selama pengamatan, ukuran oosit bervariasi, diameter oosit
berkisar dari 70 mm hingga 600 mm. Oosit yang bervariasi ukurannya tersebut,
dapat dikelompokkan dalam dua kelompok besar berdasar perbedaan kenampakan dinding
sel telur dan ooplasmanya. Kelompok pertama adalah oosit yang memiliki dinding
sel telur yang tebal pada ooplasma yang belum matang, dimana inti sel telur
masih kecil, selanjutnya kelompok oosit ini disebut dengan oosit yang belum
matang. Sebaliknya kelompok kedua adalah oosit yang telah matang, ditandai
dengan perkembangan ooplasma sehingga dinding sel telur menjadi tipis dan inti tampak
dengan jelas (Gambar 3). Distribusi ukuran oosit menunjukkan bahwa siklus reproduksi
karang Acropora aspera lebih dari satu kali dalam setahun. Pada siklus pertama terjadi
pada 3 Oktober, oosit yang ditemukan rata-rata berdiameter lebih besar dari 200
mm. Setelah itu kemungkinan spawning terjadi, dan hingga pada bulan Nopember,
Desember tidak ditemukan oosit. Kemudian siklus kedua terjadi mulai bulan
Januari hingga April. Mulai Januari, diameter oosit berkembang hingga ukuran
maksimal pada April kemudian oosit tidak tampak pada 26 Mei. Hal ini
kemungkinan spawning terjadi di bulan April hingga Mei.
Gambar 2. Micrograf Oosit Acropora aspera di
P. Panjang; (a). oosit yang belum matang, (b). oosit yang telah matang (Skala
Bar=200 ìm).
- Phyllum Platyhelminthes
Bersifat hermaprodit. Cacing dewasa yang hidup
di ternak bersifat hermaprodit, berkembangbiak secara seksual dengan pembuahan
silang atau pembuahan sendiri. Embrio berkembang dalam uterus, satu cacing
dewasa dapat menghasilkan sekitar 500.000 larva, embrio keluar bersama feses
dan pada tempat yang basah akan tumbuh menjadi larva bersilia (mirasidium).
Mirasidium masuk ke tubuh siput Lymnea dan terbentuklah sporokis. Sporokis
secara partenogenesis menghasilkan redia. Redia secara partenogenesis menjadi
serkaria. Serkaria meninggalkan tubuh siput menjadi metaserkaria. Metaserkaria
menempel pada tanaman/ rumput yang selanjutnya termakan oleh ternak, dan
seterusnya. Contoh pada Fasciola hepatica.
- Phyllum Nemathelmintes (cacing
gilig, benang, tambang)
Merupakan hewan triploblastik pseudoselomata,
tubuh tidak bersegmen dan tertutup kuticula. Reproduksi dengan seksual. Contoh
: Ascaris lumbricoides, cacing perut manusia yang masuk melalui makanan.
Sistem reproduksi betina terdiri dari
ovarium, oviduct, dan uterus yang berakhir pada vagina pendek dan berujung di
vulva yang terletak di daerah 1/3 bagian anterior tubuh. Sistem reproduksi
jantan terdiri dari sebuah testis dan vas deferens yang berakhir di duktus
ejakulator di kloaka.
- Phyllum Annelida (cacing
gelang/ cincin)
Annelida berasal dari kata Annulus = cincin
kecil. Artinya tubuh menyerupai cincin kecil atau ruas. Hewan ini bersifat
hermafrodit dan memiliki klitelum sebagai alat kopulasi. Ruas tubuhnya (segmen)
disebut Metameri terdiri dari alat ekskresi (nefridium) lubang reproduksi, otot
dan pembuluh darah. Reproduksi monoesis atau diesis dan larvanya trokofor atau
veliger.
Reproduksi:
-
Seksual/generatif:
konjugasi
-
Aseksual/vegetatif:
fragmentasi regenerasi
Sistem Reproduksi
Annelida umumnya bereproduksi secara seksual
dengan pembentukan gamet, memiliki klitelum sebagai alat kopulasi. Klitelum =
struktur reproduksi yang mengsekresi cairan & membentuk kokon tempat
deposit telur. Namun ada juga yang bereproduksi secara fregmentasi, yang
kemudian beregenerasi. Organ seksual Annelida ada yang menjadi satu dengan
individu (hermafrodit) dan ada yang terpisah pada individu lain (gonokoris)
melalui larva trochophore berenang bebas.
Kelas Oligochaeta : Cacing tanah bersifat
hermafrodit, tetapi tidak melakukan pembuahan sendiri. Hal itu karena,
matangnya sel kelamin betina tidak sama waktunya dengan matangnya sel kelamin
jantan. Organ reproduksi betina terdapat di segmen ke-9 sampai ke-14 dan organ
reproduksi jantan terdapat di segmen ke-10 sampai ke-15. Di segmen ke-32 sampai
ke-37 terdapat klitelum, yaitu penebalan epidermis sebagai penghasil lendir.
Sewaktu sepasang cacing berkopulasi maka akan keluar lendir yang akan
membungkus kedua cacing dan menjaga sperma dari kekeringan. Selubung (coccon)
lendir tadi akan maju mundur di sepanjang kedua tubuh cacing. Setelah itu, sel
telur dari masing-masing cacing keluar dan memasuki coccon. Jika melewati
lubang kelamin jantan, telur-telur yang ada di dalam coccon akan dibuahi oleh
sperma dari cacing yang berlainan. Setelah selesai pembuahan,coccon akan lepas
ke arah depan. Sekarang di dalam coccon terdapat telur-telur yang akan dibuahi
dan kemudian tekur-telur tersebut akan menetas menjadi cacing.
Sistem Reproduksi kelas Hirudinea :
-
Monoceous
-
Jantan: 4-12
pasang testis. 1 pasang ductus spermaticus.
-
Betina: 2 ovarium
dan Oviduk yang berhubungan dengan kelenjar albumin dan vagina di median yang
bermuara di belakang porus genitalia jantan
-
Tidak ada
tingkat larva
-
Lintah
membentuk kokon yang mengandung telur yang telah dibuahi dan kokon akan
diletakkan dalam air/tanah.
Kelas
Archiannelida : Kelamin terpisah atau hermaprodit (protandri)
- Phyllum Mollusca (hewan
bertubuh lunak)
Alat gerak berupa kaki yang berfungsi untuk
merayap dan menangkap mangsanya. Sudah memiliki sistem pencernaan, syaraf,
ekskresi, otot dan reproduksi.
Kelas Gastropoda : Bersifat hermaprodit
tetapi tidak pernah terjadi pembuahan sendiri dan pembuahan terjadi setelah
adanya perkawinan. Ovovipar atau telur menetas di dalam tubuh/ uterus. Bernafas
dengan paru-paru yang ada di darat dan dengan insang yang ada di air.
Mollusca
bereproduksi secara seksual. pada umumnya organ reproduksi jantan dan betina
pada umumnya terpisah pada individu lain (gonokoris). Namun, meski begitu jenis
siput tertentu ada yang bersifat Hermafrodit. Fertilisasi dilakukan secara
internal ataupun eksternal sehingga menghasilkan telur. Telur tersebut
berkembang menjadi larva dan pada akhirnya akan menjadi mollusca dewasa.
Sistem reproduksi pada Gastropoda ada yang
diesis dan ada yang monoesis. Pada hewan monoesis, alat kelamin jantan dan
betina terdapat pada satu hewan, tetapi tidak dapat membuahi sendiri. Untuk
melakukan pembuahan harus didahului dengan kopulasi. contoh Gastropoda
yaitu, Achantia achantia (keong terbesar, tumbuh hingga mencapai 30 cm),
Bellamya javanica (tutut), Vaginula sp (siput telanjang/limus
sakeureut), Limnea trunchatula (siput sebagai hospes perantara Fasciola
hepatica) dan Achantia fulica (bekicot).
- Phyllum Arthropoda (hewan
beruas-ruas)
Merupakan binatang triploblastik selomata,
tubuh beruas-ruas dan tiap ruas mempunyai kaki yang bersendi, rangka dari kitin
atau zat tanduk, merupakan yang paling besar jumlahnya. Hidup di air tawar,
laut, parasit pada hewan, tumbuhan dan manusia. Sistem organ lengkap, meliputi :
sistem peredaran darah, pencernaan, syaraf, pengeluran, pernafasan,
indera dan perkembangbiakan.
Kelas Crustacea : Pada umumnya telur menetas
menjadi larva dan setelah mengalami pengelupasan kulit maka larva tubuh menjadi
hewan dewasa. Contoh : Cambarus sp
(udang air tawar).
Kelas Insecta (serangga) : Perut terdiri dari
sebelas segmen atau kurang, pada tiap segmen terdapat lobang nafas dan segmen
terakhir berfungsi untuk reproduksi.
- Phyllum Echinodermata (hewan
berkulit duri)
Jenis kelamin terpisah, larva mempunyai
bentuk simetris bilateral yang dapat berenang secara bebas disebut bipinnaria.
Struktur larva Echonodermata mempunyai persamaan dengan struktur Chordata
rendah dan dalam perkembangan embrio tahap awal, kedua phyllum di atas
mempunyai persamaan. Jadi jika dilihat secara embriologis Echonodermata lebih
dekat dengan Chordata daripada ke Annelida, Mollusca atau Arthropoda.
B. Vertebrata
-
Pengertian Hewan Vertebrata
Hewan vertebrata yaitu hewan yang
bertulang belakang atau punggung. Memiliki struktur tubuh yang jauh lebih sempurna
dibandingkan dengan hewan Invertebrata.
Spermatogenesis
Spertmatogenesis yang terjadi pada
vertebrata yang lebih rendah pada dasarnya sama dengan proses yang terjadi pada
manusia. Namun, di antara kelas vertebrata terdapat perbedaan struktur testis.
Testis mamalia, burung, reptile, dan amfibi anura memperlihatkan komponen
tubulus seminiferus berbentuk tubular (saluran/pipa), yang berselang-seling
dengan sekumpulan sel interstitial. Sementara, testis amfibi urodela dan ikan
tersusun atas lobus atau lobules yang masing-masing mengandung sejumlah besar
kista seluler.
Kista adalah organ berongga yang
berisi cairan. Setiap kista berasal dari jaringan spermatogonia. Semua sel
dalam suatu kista dan semua kista dalam suatu lobula biasanya memiliki tingkat perkembangan
spermatogenesis yang sama. Di dalam setiap kista juga terdapat sel sertoli.
Lobula yang terletak paling belakang kemungkinan besar mengandung spermatozoa
yang sudah lebih siap untuk membuahi daripada lobula yang terletak pada bagian
depannya.
Oogenesis
Oogenesis adalah proses pembentukkan
gamet betina (ovum) yang terjadi dalam ovarium. Proses ini ditandai dengan
adanya perubahan oogonium menjadi oosit (calon ovum) yang akan mengalami
pemasakan sehingga menjadi ovum yang siap dibuahi. Selama perkembangan oosit,
vitelogenesis. Vitelus yang disintesis akan ditimbun di ooplasma sebagai
cadangan makanan bagi embrio yang akan berkembang kelak. Adanya timbuna vitelus dalam ovum (pada ooplasma)
menyebabkan oosit bertambah besar.
Pada akhir oogenesis, oosit mengalami
pembelahan meiosis atau sering disebut pembelahan pemasakan, yang akan
menghasilkan ovum haploid, yaitu ovum yang memiliki kromosom setengah dari
jumlah kromosom sel induk (n kromosom). Akan tetapi, proses meiosis tersebut
pada umumnya tidak berlangsung hingga tuntas dan berhenti pada meiosis tahap
pertama. Oleh karena itu, pada saat diovulasikan, ovum (oosit) masih mengandung
dua perangkat kromosom dan belum bersifat haploid.
Proses penyeleaian pembelahan meiosis
pada ovum akan terjadi jika ada rangsang berupa pemasukan sperma ke ovum. Jadi,
meiosis tahap dua baru terselesaikan pada saat sperma masuk ked al;am ovum,
tepatnya ketika inti sperma baru sampai di sitoplasma, sebelum terjadi
pertemuan antara inti sperma dan inti ovum. Pada saat inti sperma bertemu
dengan inti ovum, pembelahan meiosis tahap dua sudah berlangsung, sehingga ovum
benar-benar telah menjadi ovum haploid dan telah siap dibuahi. Pada vertebrata
rendah, misalnya ikan, pertumbuhan oosit, vitelogenesis, dan ovulasi juga dipacu
oleh hormone gonadotropin.
Proses pemasakan telur (ovum) yang
terjadi pada mamalia telah dipahami dengan lebih baik daripada pemasakan telur
yang terjadi pada hewan lain. Proses pemasakna telur pada hakikatnya merupakan
peristiwa yang membentuk siklus. Siklus pemasakan telur pada kebanyakan mamalia
disebut siklus estrus, sedangkan siklus pada primate disebut siklus menstrual.
Kedua siklus tersebut memperlihatkan adanya perbedaan.
Pada hewan yang mengalami siklus
estrus, selama satu siklus hewan betina siap menerima hewan jantan untuk kawin
hanya dalam waktu yang singkat yaitu pada masa ovulasi. Selain itu, dinding
saluran reproduksi pada akhir siklus tidak mengalami disintegrasi dan tidak
luruh sehingga tidak ada pendarahan. Siklus estrus terdiri atas empat
tahap/fase yaitu tahap diestrus, proestrus, estrus, dan melestrus. Tahapan/
fase estrus yang dialami hewan dapat dikenali dari gambaran sel yang diperoleh
melalui hasil apus vagina.
Pada hewan yang mengalami siklus
menstrual, setiap saat di sepanjang siklus hewan betina siap menerima hewan
jantan untuk kawin, sekalipun ovum baru dilepaskan kira-kira pada pertengahan
siklus. Dalam tubuh hewan betina, ovum mampu bertahan hidup dalam keadaan baik
dan siap dibuahi hingga 72-96 jam setelah ovulasi. Pada hewan ini, selama
siklus menstrual dapat ditemukan berbagai perubahan di dalam tubuh dan organ
reproduksinya. Perubahan yang dimaksud meliputi perubahan keadaan ovarium,
rahim (ketebalan endometrium), dan tingkat hormone reproduktif di dalam darah.
Siklus menstruasi dan siklus estrus
merupakan proses yang dikendalikan oleh berbagai hormone, baik hormone dari
hipotlamus-hipofisis maupun dari ovarium. Pengendalian hormone terhadap
oogenesis dan siklus menstrual pada mamalia. Tampak bahwa awal siklus ditandai
dengan adanya menstruasi. Selanjutnya, terjadi perkembangan folikel yang diawli
oleh hormon FSH dari kelenjar pitutari bagian depan. Folikel yang sedang
berkembang akan mengeluarkan esterogen, yaitu hormone yang merangsang
endometrium untuk menebal. Hormone ini juga berperan untuk merangsang
perkembangan cirri seks sekunder wanita, sekaligus menekan pengeluaran FSH dan
merangsang pengeluaran LH dari pituitary bagian depan. LH adalah hormone yang
bertanggung jawab terhadap pemasakan folikel agar dapat berembang secara
sempurna. Apabila folikel telah masak, ovum akan keluar dari ovarium dan
membiarkan sisa folikel tetap tertinggal di dalam ovarium. Proses keluarnya
ovum dari ovarium dinamakan ovulasi.
Di bawah pengaruh LH sisa folikel di
ovarium diubah menjadi badan kunig atau korpus luteum, yang selama beberapa
hari akan menghasilkan progesterone. Progesterone yaitu hormone yang berfungsi
untuk mempertahankan ketebalan endometrium dan perkembangan kelenjar air susu.
Apabila fertilisasi tidak terjadi dan pengeluaran progesterone dari korpus
liteum mulai berkurang maka kadar progesterone dalam darah akan menurun. Hal
ini mengakibatkan endometrium meluruh dan menstruasi pun terjadi lagi.
Proses reproduksi pada semua hewan
dikendalikan oleh hormone. Akan tetapi, pengendalian reproduksi yang terjadi
pada setiap kelas hewan tidak selalu sama. Pada ikan reproduksi bukan hanya
dipengaruhi oleh hormone, tetapi juga oleh factor lingkungan luar sepreti foto
periodic, kondisi air, makanan dan rangsang social. Rangsang luar tersebut
diterima oleh ikan melalui reseptor, kemudian diteruskan ke pusat neuroendokrin
dan akhirnya akan memengaruhi perubahan dalam gonad (organ reproduksi).
Pembuahan, Kebuntingan, dan Kelahiran
Proses gametogenesis akan menghasilkan
ovum dan sperma. Untuk dapat menghasilkan individu baru, ovum harus dibuahi
oleh sperma (kecuali pada peristiwa parthenogenesis), yang biasanya terjadi
melalui proses pembuahan atau fertilisasi. Pembuahan yaitu penyatuan antara sel
gamet (sel kelamin) jantan dan betina. Proses tersebut akan menghasilkan zigot.
Pembuahan dapat terjadi di luar tubuh
(disebut fertlisasi ekstrenal) atau di dalam tubuh induk betina (disebut
fertilsasi internal). Berkaitan dengan hal tersebut, zigot ada yang berkembang
di dalam ataupun di luar sebuah induk.
Apabila zigot berkembang di dalam
tubuh induk, hewan muda akan keluar dari tubuh induk melalui proses melahirkan.
Hewan yang berkembang biak (mengahsilkan keturunan) dengan cara melahirkan
dinamakan hewan bersifat vivipar. Pada vivipar, makanan yang diperlukan untuk
perkembangan embrio dapat diperoleh dari tubuh induk melalui organ khusus yang
disebut plasenta.
Hewan vivipar yang di dalam tubuhnya
mengandung embrio yang sedang berkembang biak dikatakan bunting. Istilah
bunting atau kebuntingan biasanya digunakan untuk hewan, sedangkan untuk
manusia biasanya digunakan istilah hamil atau kehamilan. Kebuntingan
(kehamilan.pregnansi) akan terjadi apabila ovum yang diovulasikan dapat dinuahi
oleh sperma, serta mengalami perkembangan lebih lanjut melalui tahap blastula,
gastrula, dan seterusnya. Apabila perkembangan embrio telah selesai hewan muda
akan keluar dari tubuh induk.
Jika ovum dibuahi di luar tubuh induk,
embrio pada umumnya berkembang di luar tubuh induk juga. Dalam keadaan
demikian, embrio memproleh seluruh makanan yang diperlukan dari cadangan
makanan yang telah tersedia di dalam ovum atau telur. Namun kondisi lingkungan
di luar tubuh hewan sering kali tidak sesuai dengan kondisi yang diperlukan
untuk perkembangan embrio yang maksimal. Untuk itu, induk hewan pada umumnya
menyiapkan sarang khusus untuk menyimpan dan mengerami telur mereka. Dengan
demikian tercipta keadaan lingkungan yang mendukung pembentukkan individu baru.
Di dalam telur yang di erami (atau disimpan di dalam sarang), embrio berkembang
di dalam bungkus telur, yang biasanya terdiri atas beberapa lapis. Hewan yang
berkembang biak dengan cara bertelur dinamakan hewan bersifat ovipar. Apabila
perkmbangan embrio telah selesai hewan muda akan keluar dari dalam cangkang /
bungkus telur melalui proses menetas.
Selain golongan ovipar dan vivipar,
kita juga mengenal adanya hewan yang memperlihatkan gejala khusus yang
merupakan perpaduan antara keduanya. Golongan hewan ini disebut ovovivipar.
Hewan ovovivipar menyimpan telur disuatu tempat pada tubuhnya yang juga
merupakan tempat berlangsu gnya pembuahan sekaligus tempat berlangsungnya
perkembangan embrio. Pada hewan ini, makanan yang diperlukan untuk perkembangan
embrio sepenuhnya diperoleh dari telur (tidak dari tubuh induk), seklaipun
embrio berkembang dalam tubuh induk. Apabila sudah mencapai perkembangan yang
memadai hewan muda akan dikeluarkan dari tubuh induk seperti tampak pada hewan
vivipar.
Pengeluaran individu baru / muda dari
tubuh induk disebut kelahiran atau parturisi. Factor yang memicu terjadinya
kelahiran tidak diketahui dengan jelas. Akan tetapi, proses tersebut diduga
diawali dengan adanya relaksin, senyawa kimia yang dikeluarkan oleh plasenta.
Relaksin sangat diperlukan untuk meniingkatkan keluwesan (fleksibilitas)
jaringan di daerah panggul (pelvis) dan pelebaran mulut rahim serta leher rahim
(serviks uterus/jalan lahir). Pelebaran (dilatasi) serviks merupakan salah satu
factor yang akan mengahsilkan reflex pengeluaran hormone oksitosin dari
hipotalamus (melalui hipofisis bagian belakang). Selanjutnya, oksitosin akan
merangsang otot rahim untuk berkontraksi sehingga individu muda terdorong turun
ke jalan lahir. Turunnya individu muda ke jalan lahir akan menyebabkan serviks
(bahkan dinding vagian juga) semakin meregang. Hal ini mendorong reflex
pengeluaran oksitosin dalam jumlah yang lebih banyak sehingga kontraksi dinding
uterus pun akan semakin kuat. Keadaan demikian terus berlangsung sampai
akhirnya hewan muda terdorong speenuhnya dari dalam rahim, dan terjadilah
kelahiran. Dalam proses tersebut, tubuh induk akan mengeluarkan individu muda
beserta plasentanya.
Berkaitan dengan kehamilan dan
kelahiran, induk betina akan mengalami perunahan pada kelenjar susunya sehingga
dapat menghasilkan air susu. Air susu sangat dibutuhkan oleh hewan muda sebagai
sumber makanan utama pada awal hidupnya. Masa pemberian air susu kepada hewan
muda dinamakan masa laktasi. Pembentukkan air susu dikendalikan oleh hormone
prolaktin dari pituitary bagian depan, yang pengeluarannya dirangsang oleh
beberapa factor antara lain adanya isapan/pijatan pada putting susu, kontraksi
otot polos di sekitar sel kelenjar air susu dan kontraksi otot lurik di daerah
dada. Bahkan rangsang psikis seperti mendengar tangisan bayi pun dapat
merangsang pengeluaran oksitosin yang memacu kontraksi otot pada kelenjar susu.
Jadi, pengeluaran air susu dari kelenjarnya akibat oksitosin sesungguhnya
tejadi karena oksitosin memacu kontraksi otot polos pada kelenjar air susu
sehingga kelenjar mengerut dan air susu memancar keluar.
Reproduksi merupakan proses
pembentukkan individu baru. Reproduksi dapat terjadi secara generative dan
secara vegetative. Reproduksi dipengaruhi oleh factor dalam yaitu saraf dan
hormone dan juga oleh berbagai faktor luar seperti suhu lingkungan, makanan,
dan fotoperiodisitas. Pembentukan individu baru secara generative diawali
dengan adanya pembentukkan gamet, pembuahan, dan proses perkembangan embrio
sehingga individu baru akan muncul melalui proses kelahiran atau penetasan.
Mamalia memelihara hewan muda dengan memproduksi air susu, yang proses
pembentukkannya dikendalikan pleh saraf dan hormon. Masa pemberian air susu
kepada mamalia muda dinamakan masa laktasi.
Proses reproduksi merupakan proses
yang membentuk siklus dengan gejala yang mudah diamati, terutama pada hewan
betina.kebanyakan mamalia betina mengalami siklus estrus, tetapi primate
mengalami siklus menstrual. Hormone yang mengendalikan proses reproduksi
dinamakan hormone gonadotropin, yang pada umumnya dapat dibedakan menajdi dua
yaitu LH dan FSH. Kedua hormone tersebut
dihasilkan dari kelenjar pituitary bagian depan dan pengeluarannya dikendalikan
oleh Gn-RH dari hipotalamus.