MEKANISME KERJA ENZIM
I.
PENGERTIAN ENZIM
Enzimologi terutama
dipelajari dalam kedokteran, ilmu
pangan, teknologi pengolahan pangan, dan cabang-cabang ilmu pertanian.Sebagai katalis dalam reaksi-reaksi di dalam tubuh organisme, enzim
memiliki beberapa sifat, yaitu:
1. Enzim adalah protein, karenanya enzim bersifat thermolabil, membutuhkan pH
dan suhu yang tepat.
2. Enzim bekerja secara spesifik, dimana satu enzim hanya bekerja pada satu
substra.
3. Enzim berfungsi sebagai katalis, yaitu mempercepat terjadinya reaksi kimia
tanpa mengubah kesetimbangan reaksi.
4. Enzim hanya diperlukan dalam jumlah sedikit.
5. Enzim dapat bekerja secara bolak-balik.
6. Kerja enzim dipengaruhi oleh lingkungan, seperti oleh suhu, pH,
konsentrasi, dan lain-lain.
Enzim terdiri dari
apoenzim dan gugus prostetik. Apoenzim adalah bagian enzim yang tersusun atas
protein. Gugus prostetik adalah bagian enzim yang tidak tersusun atas protein.
Gugus prostetik dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu koenzim (tersusun dari
bahan organik) dan kofaktor (tersusun dari bahan anorganik). Jika tidak ada enzim, atau aktivitas enzim terganggu maka
reaksi metabolisme sel akan terhambat hingga pertumbuhan sel juga
terganggu.Reaksi-reaksi enzimatik dibutuhkan agar bakteri dapat memperoleh
makanan/ nutrient dalam keadaan terlarut yang dapat diserap ke dalam sel,
memperoleh energi Kimia yang digunakan untuk biosintesis, perkembangbiakan,
pergerakan, dan lain-lain. Dua sifat penting enzim adalah memiliki daya katalitik yang
sangat besar dan sangat spesifik.
Daya katalitik enzim
Daya
katalitik enzim sangat besar, yaitu mampu mempercepat reaksi kimia minimal
sejuta kali. Tanpa enzim, kecepatan sebagian besar reaksi kimia di dalam sistem
biologi sangatlah rendah sehingga tak dapat diukur. Bahkan reaksi yang
sederhana sekalipun seperti hidrasi CO2 harus dikatalisis oleh enzim
karbonat anhidrase.
Karbonat anhidrase
CO2 + H2O
―――――――――→ H2CO3
a.
Kespesifikan
enzim
Enzim sangat spesifik, baik
terhadap terhadap jenis reaksi yang dikatalisisnya maupun terhadap substrat
atau reaktan yang diolahnya. Satu enzim
biasanya mengkatalisis satu jenis reaksi kimia saja, atau seperangkat reaksi
yang sejenis. Dalam reaksi enzimatik sangat jarang terjadi reaksi sampingan
yang menyebabkan terbentuknya hasil sampingan yang tak berguna. Enzim biasanya sangat spesifik terhadap
reaksi yang ia kataliskan mauapun terhadap substrat yang terlibat dalam reaksi. Bentuk,
muatan dan katakteristik hidrofilik/hidrofobik enzim dan substrat bertanggung jawab
terhadap kespesifikan ini. Enzim juga dapat menunjukkan tingkat stereospesifisitas, regioselektivitas, dan kemoselektivitas yang sangat tinggi. Beberapa enzim yang menunjukkan
akurasi dan kespesifikan tertinggi terlibat dalam pengkopian dan pengekspresian genom. Enzim-enzim ini memiliki mekanisme "sistem pengecekan ulang".
Model spesifitas enzim
terhadap substrat dan reaksi tertentu
STRUKTUR ENZIM
Beberapa enzim yang mengandung ion logam sebagai
kofaktornya
Ion logam
|
Enzim
|
Zn 2+
Mg2+
Fe2+ / Fe3+
Cu2+/ Cu+
K+
Na+
|
Alkohol dehidrogenase
Karbonat anhidrasa
Karboksipeptidasa
Fosfohidrolasa
Fosfotransferasa
Sitokrom
Peroksida
Katalasa
Feredoksin
Tirosina
Sitokrom oksidasa
Piruvat kinasa (juga memerlukan Mg2+)
Membrane sel ATPasa ( juga memerlukan K+ dan Mg2+)
|
Enzim umumnya
merupakan protein globular dan ukurannya berkisar dari hanya 62 asam amino pada monomer 4-oksalokrotonat tautomerase, sampai dengan lebih dari 2.500 residu
pada asam lemak sintase. Setiap enzim terbentuk dari molekul
prptein sebagai komponen utama penysunnya dan beberapa enzim hanya terbentuk
dari molekul protein dengan tanpa adanya penambahan komponen lain.Tidak semua
protein mempunyai fungsi katalitik sehingga tidak dapat digolongkan sebagai
enzim, misalnya protein sitokrom yang membawa elekton pada fotosintesis dan
respirasi, dan juga protein yang terkandung dalam biji juga lebih berperan
sebagai bahan cadangan makanan untuk digunakan dalam proses perkecambahan
biji.Terdapat pula sejumlah kecil katalis RNA, dengan yang paling umum merupakan
ribosom; Jenis enzim ini dirujuk sebagai RNA-enzim ataupun ribozim. Aktivitas enzim ditentukan oleh
struktur tiga dimensinya (struktur kuaterner). Walaupun struktur enzim
menentukan fungsinya, prediksi aktivitas enzim baru yang hanya dilihat dari
strukturnya adalah hal yang sangat sulit. Kebanyakan enzim berukuran lebih
besar daripada substratnya, tetapi hanya sebagian kecil asam amino enzim
(sekitar 3–4 asam amino) yang secara langsung terlibat dalam
katalisis. Daerah yang mengandung residu katalitik yang akan mengikat substrat
dan kemudian menjalani reaksi ini dikenal sebagai tapak
aktif. Enzim juga dapat mengandung tapak yang mengikat kofaktor yang diperlukan untuk katalisis.
Beberapa enzim juga memiliki tapak ikat untuk molekul kecil, yang sering kali
merupakan produk langsung ataupun tak langsung dari reaksi yang dikatalisasi.
Pengikatan ini dapat meningkatkan ataupun menurunkan aktivitas enzim. Dengan
demikian ia berfungsi sebagai regulasi umpan balik.Sama seperti protein-protein lainnya, enzim merupakan
rantai asam amino yang melipat. Tiap-tiap urutan asam amino menghasilkan struktur pelipatan dan
sifat-sifat kimiawi yang khas. Rantai protein tunggal kadang-kadang dapat
berkumpul bersama dan membentuk kompleks protein. Kebanyakan enzim dapat mengalami denaturasi (yakni terbuka dari lipatannya dan
menjadi tidak aktif) oleh pemanasan ataupun denaturan kimiawi. Tergantung pada
jenis-jenis enzim, denaturasi dapat bersifat reversibel maupun ireversibel.
Disamping komponen
proteinnya beberapa enzim juga mengandung senyawa organik nonprotein dengan
ukuran molekul yang lebih kecil. Senyawa non protein pada enzim ini disebut
gugus protestik. Gugus protestik terikat erat pada molekul protein enzim dengan
ikatan kovalen dan esensial untuk aktifitas katalitik enzim yang bersangkutan.
Beberapa enzim lainnya tidak mengandung gugus prostetik, tetapi untuk
melaksanakan aktivitasnya membutuhkan partisipasi dari senyawa organik lain dan
atau ion logam tertentu. Senyawa organik atau ion logam yang membantu fungsi
enzim disebut sebagai koenzim. Koenzim tidak terikat pada molekul protein
penyusun enzim. Beberapa vitamin disintesis oleh tumbuhan digunakan sebagai
bagian dari koenzim atau gugus protestik, jadi vitamin disintesis oleh tumbuhan
disamping bermanfaat bagi manusia atau hewan yang mengkonsumsinya juga berperan
dalam metabolism tumbuhan.
KLASIFIKASI ENZIM
Enzim dapat digolongkan berdasarkan tempat bekerjanya,
substrat yang dikatalisis, daya katalisisnya, dan cara terbentuknya.
Penggolongan enzim berdasarkan tempat
bekerjanya
a. Endoenzim
Endoenzim disebut juga enzim intraseluler, yaitu enzim
yang bekerjanya di dalam sel. Umumnya merupakan enzim yang digunakan untuk
proses sintesis di dalamsel dan untuk pembentukan energi (ATP) yang berguna
untuk proses kehidupan sel,misal dalam proses respirasi.
b. Eksoenzim
Eksoenzim disebut juga enzim ekstraseluler, yaitu enzim
yang bekerjanya di luar sel. Umumnya berfungsi untuk “mencernakan” substrat
secara hidrolisis, untuk dijadikan molekul yang lebih sederhana dengan BM lebih
rendah sehingga dapat masuk melewati membran sel. Energi yang dibebaskan pada
reaksi pemecahan substrat di luar sel tidak digunakan dalam proses kehidupan
sel.
Penggolongan enzim berdasarkan daya
katalisis
a. Oksidoreduktase
Enzim ini mengkatalisis reaksi oksidasi-reduksi, yang
merupakan pemindahan elektron, hidrogen atau oksigen. Sebagai contoh adalah
enzim elektron transfer oksidase dan hidrogen peroksidase (katalase). Ada
beberapa macam enzim electron transfer oksidase, yaitu enzim oksidase,
oksigenase, hidroksilase dan dehidrogenase.
Enzim- enzim tersebut mengkatalisis reaksi-reaksi sebagai
berikut:
·
Oksidase mengkatalisis 2 macam reaksi:
O2 + (4e- + 4 H+) 2 H2O
O2 + (2e- + 4 H+) H2O2
·
Oksigenase (transferase oksigen): O2 + 2
substrat 2 substrat-O
·
Hidroksilase : substrat + ½ O2 substrat-O 2 koenzim-H +
½ O2 2 koenzim + H2O
·
Dehidrogenase: NaNO3 + (e-+ H+) NaNO2
Na2SO4 + (e-+ H+) H2S
Na2CO3 + (e-+ H+) CH4
·
Hidrogen peroksidase: 2 H2O2 2 H2O + O2
b. Transferase
Transferase mengkatalisis pemindahan gugusan molekul dari
suatu molekul ke molekul yang lain. Sebagai contoh adalah beberapa enzim
sebagai berikut:
Transaminase adalah transferase yang
memindahkan gugusan amina.
Transfosforilase adalah transferase yang
memindahkan gugusan fosfat.
Transasilase adalah transferase yang
memindahkan gugusan asil.
c. Hidrolase
Enzim ini mengkatalisis reaksi-reaksi hidrolisis, dengan
contoh enzim adalah:
Karboksilesterase adalah hidrolase yang
menghidrolisis gugusan ester karboksil.
Lipase adalah hidrolase yang
menghidrolisis lemak (ester lipida).
Peptidase adalah hidrolase yang
menghidrolisis protein dan polipeptida.
d. Liase
Enzim ini berfungsi untuk mengkatalisis pengambilan atau
penambahan gugusan dari suatu molekul tanpa melalui proses hidrolisis, sebagai
contoh adalah:
L malat hidroliase (fumarase) yaitu
enzim yang mengkatalisis reaksi pengambilan air dari malat sehingga dihasilkan fumarat.
Dekarboksiliase (dekarboksilase) yaitu
enzim yang mengkatalisis reaksi pengambilan gugus karboksil.
e. Isomerase
Isomerase meliputi enzim-enzim yang mengkatalisis reaksi
isomerisasi, yaitu:
Rasemase, merubah l-alanin D-alanin
Epimerase, merubah
D-ribulosa-5-fosfat
D-xylulosa-5-fosfat
Cis-trans isomerase, merubah
transmetinal
cisrentolal
Intramolekul ketol isomerase, merubah
D-gliseraldehid-3-fosfat
dihidroksi aseton fosfat
Intramolekul transferase atau mutase,
merubah metilmalonil-CoA
suksinil-CoA
f. Ligase
Enzim ini mengkatalisis reaksi penggabungan 2 molekul
dengan dibebaskannya molekul pirofosfat dari nukleosida trifosfat, sebagai
contoh adalah enzim asetat=CoASH ligase yang mengkatalisis rekasi sebagai
berikut:
Asetat + CoA-SH + ATP Asetil CoA + AMP + P-P
g. Enzim lain dengan tatanama berbeda
Ada beberapa enzim yang penamaannya tidak menurut cara di
atas, misalnya enzim pepsin, triosin, dan sebagainya serta enzim yang termasuk
enzim permease. Permease adalah enzim yang berperan dalam menentukan sifat
selektif permiabel dari membran sel.
Penggolongan enzim berdasar cara
terbentuknya
a. Enzim konstitutif
Di dalam sel terdapat enzim yang merupakan bagian dari
susunan sel normal, sehingga enzim tersebut selalu ada umumnya dalam jumlah
tetap pada sel hidup. Walaupun demikian ada enzim yang jumlahnya dipengaruhi
kadar substratnya, misalnya enzim amilase. Sedangkan enzim-enzim yang berperan
dalam proses respirasi jumlahnya tidak dipengaruhi oleh kadar substratnya.
b. Enzim adaptif
Perubahan lingkungan mikroba dapat menginduksi
terbentuknya enzim tertentu. Induksi menyebabkan kecepatan sintesis suatu enzim
dapat dirangsang sampai beberapa ribu kali. Enzim adaptif adalah enzim yang
pembentukannya dirangsang oleh adanya substrat. Sebagai contoh adalah enzim
beta galaktosidase yang dihasilkan oleh bakteri E.coli yang ditumbuhkan
di dalam medium yang mengandung laktosa. Mulamula E. coli tidak dapat
menggunakan laktosa sehingga awalnya tidak nampak adanya pertumbuhan (fase
lag/fase adaptasi panjang) setelah beberapa waktu baru menampakkan pertumbuhan.
Selama fase lag tersebut E. coli membentuk enzim beta galaktosidase yang
digunakan untuk merombak laktosa.
Enzim
diklasifikasikan berdasarkan tipe reaksi dan mekanisme reaksi yang dikatalisis.
Pada awalnya hanya ada beberapa enzim yang dikenal, dan kebanyakan
mengkatalisis reaksi hidrolisis ikatan kovalen. Semua enzim ini diidentifikasi
dengan menambahkan akhiran –ase pada nama substansi atau substrat yang
dihidrolisis. Contoh: lipase menghidrolisis lipid, amilase menghidrolisis
amilum, protease menghidrolisis protein. Pemakaian penamaan tersebut terbukti
tidak memadai karena banyak enzim mengkatalisis substrat yang sama tetapi
dengan reaksi yang berbeda. Contohnya ada enzim yang megkatalisis reaksi
reduksi terhadap fungsi alkohol gula dan ada pula yang mengkatalisis reaksi
oksidasi pada substrat yang sama.
Sistem
penamaan enzim sekarang tetap menggunakan –ase, namun ditambahkan pada jenis
reaksi yang dikatalisisnya. Contoh: enzim dehidrogenase mengkatalisis reaksi
pengeluaran hidrogen, enzim transferase mengkatalisis pemindahan gugus
tertentu. Untuk menghindari kesulitan penamaan karena semakin banyak ditemukan
enzim yang baru, maka International Union
of Biochemistry (IUB) telah mengadopsi sistem penamaan yang kompleks tetapi
tidak meragukan berdasarkan mekanisme reaksi. Namun sampai sekarang masih
banyak buku-buku yang masih menggunakan sistem penamaan lama yang lebih pendek.
TEORI KERJA ENZIM
1.
Model "kunci dan gembok"
Enzim bekerja dengan
dua cara, yaitu menurut Teori Kunci-Gembok koenzim, yang bersatu dan kemudian
disebut holoenzim. (Lock and Key Theory) dan Teori Kecocokan Induksi (Induced
Fit Theory). Menurut teori kunci-gembok, terjadinya reaksi antara substrat dengan
enzim karena adanya kesesuaian bentuk ruang antara substrat dengan situs aktif
(active site) dari enzim, sehingga sisi aktif enzim cenderung kaku. Substrat
berperan sebagai kunci masuk ke dalam situs aktif, yang berperan sebagai
gembok, sehingga terjadi kompleks enzim-substrat. Pada saat ikatan kompleks
enzim-substrat terputus, produk hasil reaksi akan dilepas dan enzim akan
kembali pada konfigurasi semula. Berbeda dengan teori kunci gembok, menurut
teori kecocokan induksi reaksi antara enzim dengan substrat berlangsung karena
adanya induksi substrat terhadap situs aktif enzim sedemikian rupa sehingga
keduanya merupakan struktur yang komplemen atau saling melengkapi. Menurut
teori ini situs aktif tidak bersifat kaku, tetapi lebih fleksibel Enzim sangatlah
spesifik. Pada tahun 1894, Emil Fischer mengajukan bahwa hal ini dikarenakan
baik enzim dan substrat memiliki bentuk geometri yang saling memenuhi. Hal ini
sering dirujuk sebagai model "Kunci dan Gembok". Manakala model ini
menjelaskan kespesifikan enzim, ia gagal dalam menjelaskan stabilisasi keadaan
transisi yang dicapai oleh enzim. Model ini telah dibuktikan tidak akurat, dan
model ketepatan induksilah yang sekarang paling banyak diterima.
2.
Model ketepatan induksi
Pada tahun 1958, Daniel Koshland mengajukan modifikasi model kunci dan gembok: oleh karena
enzim memiliki struktur yang fleksibel, tapak aktif secara terus menerus
berubah bentuknya sesuai dengan interaksi antara enzim dan substrat. Akibatnya,
substrat tidak berikatan dengan tapak aktif yang kaku. Orientasi rantai
samping asam amino berubah sesuai dengan substrat dan mengijinkan enzim untuk
menjalankan fungsi katalitiknya. Pada beberapa kasus, misalnya glikosidase,
molekul substrat juga berubah sedikit ketika ia memasuki tapak aktif. Tapak
aktif akan terus berubah bentuknya sampai substrat terikat secara sepenuhnya,
yang mana bentuk akhir dan muatan enzim ditentukan.
Diagram yang menggambarkan hipotesis ketepatan induksi.
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KERJA ENZIM
Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi kerja enzim diantaranya adalah sebagai berikut.
1.
Suhu
Enzim tidak dapat
bekerja secara optimal apabila suhu lingkungan terlalu rendah atau terlalu
tinggi. Jika suhu lingkungan mencapai 0° C atau lebih rendah lagi, enzim tidak
aktif. Jika suhu lingkungan mencapai 40° C atau lebih, enzim akan mengalami
denaturasi (rusak). Suhu optimal enzim bagi masing-masing organisme
berbeda-beda. Pada tumbuhan batas tertinggi suhunya adalah 250C
2.
pH (Tingkat Keasaman)
Setiap enzim mempunyai
pH optimal masing-masing, sesuai dengan "tempat kerja"-nya. Pada pH rendah atau tingi, enzim akan mengalami
denaturasi. Pada pH rendah atau tinggi, enzim maupun substrat dapat mengalami
perubahan muatan listrik dengan akibat perubahan aktivitas enzim. Misalnya
suatu reaksi enzim dapat berjalan bila enzim tadi bermuatan negatif (Enz-) dan
substratnya bermuatan positif (SH+) : Enz- + SH+ EnzSH.
Pada pH rendah Enz- akan bereaksi dengan H+ menjadi enzim yang tidak
bermuatan. Enz- + H+ Enz-H Demikian pula pada pH tinggi, SH+ yang
dapat bereaksi dengan Enz-, maka pada pH yang extrem rendah atau
tiggi konsentrasi efektif SH+ dan enz akan berkurang, karena itu
kecepatan reaksinya juga berkurang.
3.
Penghambat kerja enzim
(Inhibitor)
Inhibisi aktifitas
enzim adalah penurunan kecepatan suatu reaksi enzimatik yang dalam makhluk
hidup penting pada proses metabolisme. Pada keadaan tertentu suatu reaksi enzimatik dapat membentuk dua atu
lebih produk dan hambatan tersebut dapat ditunjukan hanya pada suatu produk,
sedangkan pembentukan produk yang lain tidak dipengarihi atau malah di
tingkatkan. Inhibitor adalah zat yang dapat menghambat kerja enzim. Berdasarkan
tempat kerjanya, inhibitor terbagi atas :
§ Reaksi inhibitor dengan apoenzim
ü Reaksi inhibitor dengan substrat
ü Reaksi inhibitor dengan substrat
ü Reaksi inhibitor dengan koenzim
ü Reaksi inhibitor dengan kofaktor
Kinetika hambatan
enzim, ada 3 macam yaitu :
a.
Inhibisi kompetitif
Inhibitor kompetitif
adalah inhibitor yang bersaing aktif dengan substrat untuk mendapatkan tempat
aktif enzim.Pada penghambatan ini zat – zat penghambat mempunyai struktur yang
mirip dengan struktur substrat. Dengan demikian baik substrat maupun zat
penghambat berkompetisi atau bersaing untuk bersatu dengan sisi aktif enzim ,
jka zat penghambat lebih dulu berikatan dengan sisi aktif enzim , maka substratnya
tidak dapat lagi berikatan dengan sisi aktif enzim.Perlu diketahui bahwa inhibitor tidak
mengalami perubahan kimia oleh enzim, seperti substrat. Menurut Michaelis
Menten dari reaksi tersebut dapat dikemukakan
Ki = konstanta inhibitor.
b.
Inhibisi nonkompetitif
Inhibisi non
kompetitif adalah hambatan dimana inhibitor bereaksi dengan suatu tempat diluar
tempat aktif, sehingga kombinasi substrat dengan enzim tidak dihalangi tetapi
pemecahan kompleks enzim substrat di cegah. Dalam hal ini tingkat inhibisi
tidak akan bergantung pada substrat tetapi pada konsentrasi inhibitor dan
konstantadisosiasi inhibitor.
c.
Inhibisi
uncompetitive
Inhibisi tidak
menghalangi pembentukan compels enzim substrat, tetapi menghalangi reaksi
selanjutnya jadi menghalangi pembentukan produk. Pada inhibisi uncompetitive,
inhibitor hanya dapat bereaksi setelah terjadi kompeleks enzim substrat. Pada inhibitor tidak kompetitif penghambat tidak bisa
mengikat pada enzim yang bebas, tetapi hanya untuk ES-COMPLEX. EIS-COMPLEX
begitu dibentuk enzymatically non-aktif. Inhibitor jenis ini adalah jarang,
tetapi dapat terjadi pada enzim multimeric.
4.
Penghambat
umpan balik (feed back inhibitor)
Penghambatan umpan balik disebabkan oleh hasil akhir suatu
rangkaian reaksi enzimatik yang menghambat aktifitas enzim pada reaksi pertama.
Hasil akhir reaksi juga mempengaruhi pembentukan enzim,
yang dapat digambarkan sebagai berikut: Enzim a Enzim b Enzim c Enzim d
A B C D X
Keterangan: A,B,C,D: substrat enzim a,b,c,d.
X: hasil akhir reaksi enzimatik yang menghambat sintesis
enzim a.
Keuntungan hambatan umpan balik adalah sebagai suatu
mekanisme yang cepat dan sensitive untuk menghindari sintetis yang berlabihan
daria suatu produk akhir, karena hambatan umpan balik ini hanya akan terjadi
jika produkakhir tersebutmulai terakumulasi karena telah melampaui tingkat
kebutuhan sel, kemudian jika senyawa produk akhir ini telah berkurang maka
hambatan oleh produk akhir ini juga akan hilang dan enzim dapat aktif kembali.
Contoh yang dikenal untuk hambatan umpan balik dalah pada sel tumbuhan untuk
sintesis nukleutidauridin monofosfat (UMP) dimulai dari asam aspartat dan
karbamil fosfat. Lintasan ini membutuhkan 5 tahap reaksi yang melibatkan enzim,
tetapi hanya enzim pertama yakni aspartat transkarbamilase yang sensitive
terhadap kendali umpan balik UMP.
5.
Penghambat
repressor
Represor adalah hasil akhir suatu rangkaian reaksi
enzimatik yang dapat mempengaruhi atau mengatur pembentukan enzim-enzim pada
reaksi sebelumnya.Gambaran skematik reaksinya adalah sebagai berikut:
X Enzim a Enzim b Enzim c Enzim d
A B C D X
Keterangan: A,B,C,D: substrat enzim a,b,c,d.
X: hasil akhir reaksi enzimatik yang menghambat sintesis
enzim a,b,c,d.
6.
Penghambat
alosterik
Penghambat alosterik adalah penghambat yang dapat
mempengaruhi enzim alosterik. Enzim alosterik adalah enzim yang mempunyai dua
bagian aktif, yaitu bagian aktif yang menangkap substrat dan bagian yang
menangkap penghambat. Apabila ada senyawa yang dapat memasuki bagian yang
menangkap penghambat maka enzim menjadi tidak aktif, senyawa penghambat
tersebut merupakan penghambat alosterik.Struktur senyawa penghambat alosterik
tidak mirip dengan struktur substrat. Pengikatan penghambat alosterik pada
enzim menyebabkan enzim tidak aktif, sehingga substrat tidak dapat dikatalisis
dan tidak menghasilkan produk. Apabila enzim menangkap substrat maka penghambat
tidak dapat terikat pada enzim, sehingga enzim dapat aktif mereaksikan substrat
menjadi produk.
Enzim alosterik mempunyai berat molekul lebih besar dan
lebih kompleks dari pada enzim biasa demkian pula untuk mengisolasinya pun
sukar. Beberapa enzim alosterik tidak stabil pada suhu 00C, tetapi
stabil pada suhu kamar atau temperature tubuh. Pada enzim tertentu yang terdiri
dari satu polipeptida maka kemungkinan tempat alosteriknya dapat mengikat
baikefektor positif maupun efektor negative. Kedua efektor tersebut
berkompetisi memperebutkan tempat alosterik yang sama atau dapat pula
terikatpada tempat yang terpisah.
7.
Aktifator
Aktivator adalah zat
yang dapat mengaktifkan dan menggiatkan kerja enzim. Contohnya ion klorida,
yang dapat mengaktifkan enzim amilase. Enzim yang belum
aktif disebut pre-enzim atau zymogen (simogen). Kofaktor dapat berbentuk
ion-ion dari unsur H, Fe, Cu, Mg2+, Mo, Zn, Co, atau berupa koenzim,
vitamin, dan enzim lain.
8.
Konsentrasi enzim dan substrat
Katalisis hanya
terjadi jika enzim dan substrat membentuk suatu kompleks. Semakin tinggi
konsentrasi enzim akan semakin mempercepat terjadinya reaksi. Dan konsentrasi
enzim berbanding lurus dengan kecepatan reaksi.Jika sudah mencapai titik
jenuhnya, maka konsentrasi substrat berbanding terbalik dengan kecepatan
reaksi. Untuk suatu konsentrasi enzim, tingkat reaksi meningkat dengan
meningkatnya konsentrasi substrat sampai satu titik, yang di atas lebih lanjut
dalam meningkatkan konsentrasi substrat tidak menghasilkan perubahan signifikan
dalam menilai reaksi. Hal ini disebabkan karena situs yang aktif dari enzim
molekul pada suatu waktu yang hampir jenuh dengan substrat. Enzim / substrat
kompleks harus memisahkan sebelum aktif situs gratis untuk mengakomodasi lebih
substrat. Asalkan substrat konsentrasi yang tinggi dan suhu dan pH dijaga
konstan, tingkat reaksi yang proporsional terhadap konsentrasi enzim.
PERAN ENZIM DALAM METABOLISME TUMBUHAN
Sel-sel yang hidup
perannya identik dengan pabrik-pabrik kimia yang tergantung pada ketersediaan
energy dan harus mematuhi hokum-hukum kimia. Secara kolektif,reaksi-reaksi
kimia yang memungkinkan adanya kehidupan disebut metabolisme. Beribu-ribu
reaksi tersebut berlangsung didalam sel secara terus menerus. Dengan reaksi-reaksi
tersebut banyak senyawa organik yang disintesis oleh tumbuhan.Ratusan jenis
senyawa dibentuk sebagai bahan penyusun struktur organela atau bagian-bagian
dari sel lainnya. Tumbuhan juga menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang
berfungsi untuk melindungi tumbuhan dari serangan serangga, bakteri, jamur, dan
jenis pathogen lainnya.Tumbuhan juga menghasilkan vitamin untuk kepentingan
tumbuhan itu sendiri dan hormone-hormon yang merupakan sarana bagi tuimbuhan
untuk berkomunikasi antara organnyadalam mengendalikan dan mengorganisasikan
pertumbuhan dan perkembangannya.
Beberapa rangkaian
reaksi menghasilkan senyawa dengan molekul yang lebih besar seperti pati,
selulosa, protein, lemak, dan asam lemak. Pembentukan senyawa yang lebih besar
dari molekul-molukul yang lebih kecil disebut anabolisme. Reaksi anabolisme
membutuhkan energy, sebaliknya katabolisme merupakan perombakan senyawa dengan
molekul yang lebih kecil. Reaksi katabolisme menghasilkan energi, contohnya
respirasi. Baik anabolisme maupun katabolime berlangsung secara sistematis dan
teratur membentuk lintasan metabolik. Sel dapat mengatur lintasan metabolic
yang dikehendakinya agar terjadi dan mengatur kecepatan reaksi tersebut dengan
cara memproduksi suatu katalisator dalam jumlah yang sesuai dan pada saat yang
dibutuhkan. Katalisator tersebut yang kemudian dikenal dengan enzim. Hampir
semua reaksi biokimia berlangsung sangat lambat jika tanpa melibatkan peranan
suatu katalisator. Ion-ion dan senyawa anorganik yang diserap dari dalam tanah oleh
tumbuhan sebagian dapat berfungsi sebagai katalisator beberapa reaksi, tetapi
enzim merupakan katalisator yang lebih kuat. Enzim ummnya mempercepat laju
reaksi antara 108 sampai 1020 kali.
Enzim berperan secara
lebih spesifik dalam hal menentukan reaksi mana yang akan dipacu dibandingkan
dengan katalisator anorganik sehingga ribuan reaksi dapat berlangsung dengan
tidak menghasilkan produk sampingan yang beracun. Enzim juga tanggap terhadap
perubahan kondisi lingkungan sehingga perubahan dapat dilakukan oleh tumbuhan
sesuai dengan perubahan unsure lingkungan.
MEKANISME KERJA ENZIM
Pada umumnya terdapat
2 mekanisme kerja enzim yang memepngaruhi reaksi katalisis :
Enzim meningkatkan kemungkinan molekul-molekul yang bereaksi saling
bertemu dengan permukaan yang saling berorientasi. Hal ini terjadi sebab enzim
mempunyai suatu afinitas yang tinggi terhadap substrat dan mempunyai kemampuan
mengikatnya walaupun bersifat sementara. Penyatuan antara substrat dengan enzim
tidak seenaknya melainkan substrat terikat dengan enzim sedemikian rupa
sehingga setiap substrat terorientasi secara tepat untuk terjadi reaksi.
Pembentukan ikatan yang sementara (biasanya ikatan non kovalen) antara
substrat dengan enzim menimbulkan penyabaran elektron dalam molekul substrat,
sehingga ikatan kovalen tersebut menjadi mudah terpecah. Para ahli biokimia
menamakan keadaan dimana terjadi renggangan ikatan molekul substrat setelah
berinteraksi dengan enzim disebut pengaktifan substrat.
Dapat disimpulkan
bahwa enzim mempercepat laju reaksi agar kesetimbangan reaksi tercapai tetapi
tidak mempengaruhi konstatnta keseimbangan.
Prinsip umum
Pembicaraan tentang mekanisme yang
digunakan untuk mempercepat kecepatan reaksi melalui 3 contoh yang akan
diberikan : katalis asam dan basa pada umumnya, katalis oleh ion-ion logam, dan
katalis oleh enzim yang mengandung piridoksal fosfat.
a. Katalisis asam-basa umum
Reaksi yang kecepatanya berubah-ubah
akibat perubahan konsentrasi ion hidrogen atau konsentrasi ion hidronium dalam
larutan, tetapi tidak tergantung pada konsentrasi asam atau basa lainya yang
terdapat dalam larutan, dikatakan dapat mengalami katalisis asam spesifik atau
katalisis basa spesifik. Reaksi yang kecepatanya tergantung pada semua asam dan
basa yang terdapat dalam larutan dikatakan dapat menglami katalisis asam umum
(general acid) atau katalisis basa umum (general base). Mutarotasi glukosa
adalah salah satu rekasi yang tunduk pada katalisis asam-basa umum.
b. Peranan ion logam
Ion logam melaksanakan peranan katalisi
dan struktural yang penting pada protein. Sebenarnya, lebih dari seperempat
dari semua enzim yang dikenal mengandung ion logam yang berikatan erat atau
memerlukan ion logam untuk beraktivitasnya. Fungsi ion logam ini diselidiki
dengan cara fisika, lebih-lebihdengan kristalografi sinar-X, nuclearmagnetic
(ESR). Keterangan ini digabungkan dengan pengetahuan pembentukan dan kerusakan
kompleks logam dan reaksi dalam lingkaran koordinasi ion logam untuk memberi
pengertian tentang peranan ion logam pada reksi yang dikatalisi oleh enzim.
c. Peranan ion logam pada
katalisis
Ion logam dapat berpartisipasi dalam
salah satu dari 4 mekanisme yang dipakai enzim untuk mempercepat kecepatan
reaksi kimia :
ü katalisis asam-asam umum,
ü katalisis kovalen,
ü Mendekatkan pereaksi, dan
ü Mengadakan tekanan pada enzim atau substrat.
Ion logam, seperti proton, adalah asam
Lewis atau elektrotil dan oleh karena itu dapat menerima bagian alam pasangan
elektron yang membentuk ikatan sigma. Ion logam juga dapat dianggap “super
acids” karena mereka terdapat pada larutan yang netral, sering mempunyai muatan
posotif yang lebih besar dari pada satu, dan dapat membentuk ikatan pi. Selain
(dan tidak sperti proton) itu, logam dapat berperan sebagai cetakan 3-dimensi
untuk orientasi dan ikatan gugus basa yang terdapat pada enzim atau substrat.
Ion logam juga dapat menerima elektron melalui ikatan sigma atau pi untuk
mengaktifkan elektrofil atau nukleofil (katalis asam-basa umum). Denagan
memberikan elektron, logam dapat mengaktifkan nukleofil atau berperan sebagai
nukleofil itu sendiri. Lingkaran koordinasi logam dapat mempersatukan enzim dan
substrat (pendekatan) atau membentuk distorasi yang menghasilakan chelate pada
enzim atau substrat (tekanan0. suatu ion logam uga dapat “menyelubungi’
nukleofil dan karena itu mencegah reaksi sampingan yang sebaliknya mungkin
timbul. Akhirnya, pengaturan stereokimia dicapai oleh kemampuan lingkaran
koordinasi logam untuk beerperan sebagai cetakan 3-dimensi untuk mengikat
gugus-gugus reaktif pada orientsi sterik yang sfesisik.
Mekanisme
Aksi Enzim
Pada gambar diatas
didapat bahwa jika substrat bereaksi untuk menghasilkan produk, suatu hambatan
energy (energi barrier) harus lebih dahulu diatasi. Hambatan ini disebut
sebagai “ energy aktifasi”. Peningkatan suhu menyebabkan bertambahnya jumlah
molekul dengan tingkat energy yang labih tinggi dari energy aktifasi yang
dibutuhkan sehingga labih banyak molekul yang bereaksi, sedangkan enzim
berperan menurunkan tingkat energy aktifasi yang dibutuhkan dengan demikian
akan menyebabkan lebih banyak molekul yang dapat bereaksi.
Konsep kompleks enzim
substrat pertama dikemukakan oleh Emil Fisher, seorang ahli kimia organic pada
sekitar tahun 1884. Bagian enzim terdapat menyatu dengan substrat disebut
dengan sisi aktif (active side). Pada sisi aktif enzim ini substrat di rombak
menjadi produk. Jika sisi aktif ini kaku dan spesifik untuk substarat tertentu
reaksi balik tidak akan dapat terjadi karena struktur molekul senyawa produk
sudah berbeda dengan senyawa asalnya tidak “ dikenali “ oleh enzim.
Berebeda dengan konsep
sisi aktif yang kaku dari Fisher, Daniel E. Kosland mengemukakan konsep bahwa
sisi aktif enzim dapat disesuaikan dengan struktur substrata tau produk setelah
molekul-molekul tersebut mendekati sisi aktif enzim. Dengan demikian
penggabungan antara enzim dengan substrat menjadi lebih pas. Konsep ini sering
dikenal sebagai hipotesis “dirangsang agar pas” (induced fit hypothesis).
Tahapan-tahapan energi
pada reaksi kimia. Substrat memerlukan energi yang banyak
untuk mencapai keadaan transisi, yang akan kemudian berubah menjadi
produk. Enzim menstabilisasi keadaan transisi, menurunkan energi yang
diperlukan untuk menjadi produk.Sebagai katalis, enzim tidak mengubah posisi
kesetimbangan reaksi kimia. Biasanya reaksi akan berjalan ke arah yang sama
dengan reaksi tanpa katalis. Perbedaannya adalah, reaksi enzimatik berjalan
lebih cepat. Namun, tanpa keberadaan enzim, reaksi samping yang memungkinkan
dapat terjadi dan menghasilkan produk yang berbeda.lebih lanjut, enzim dapat
menggabungkan dua atau lebih reaksi, sehingga reaksi yang difavoritkan secara
termodinamik dapat digunakan untuk mendorong reaksi yang tidak difavoritkan
secara termodinamik. Sebagai contoh, hidrolsis ATP sering kali menggunakan reaksi kimia
lainnya untuk mendorong reaksi.Enzim mengatalisasi reaksi maju dan balik secara
seimbang. Enzim tidak mengubah kesetimbangan reaksi itu sendiri, namun hanya
mempercepat reaksi saja. Sebagai contoh, karbonat anhidrase mengatalisasi reaksinya ke dua arah
bergantung pada konsentrasi reaktan.
Ikatan antara enzim
dan substrat dapat berupa ikatan kovalen , ionik, hydrogen, atau Van der Waals.
Ikatan kovalen dan ionik sangat penting dikaitkan dengan energy aktifasi untuk
suatu reaksi, tetapi banyaknya ikatan hidrogen dan van der waals mempengaruhi
orientasi struktural dari kompleks enzim substrat. Walaupun ikatan kovalen yang
kuat terbentuk , umumnya ikatan ini diputuskan dengan sangat cepat untuk
menghasilkan produk.
KINETIKA
MICHAELIS_MENTEN
Keterangan: E : Enzim, S: Substrat (reaktan), ES: ikatan
sementara, P: Hasil reaksi Sistem enzim-substrat untuk tiap-tiap reaksi
enzimatik bersifat khusus. Kestabilan ikatan enzim-substrat ditentukan oleh
konstanta Michaelis (Km). Mekanisme untuk satu substrat enzim catalyzed reaksi. Dengan enzim (E)
yang mengikat substrat (S) dan menghasilkan suatu produk (P).
Pada tahun 1902,
Victor Henri mengajukan suatu teori kinetika enzim yang kuantitatif, namun data
eksperimennya tidak berguna karena perhatian pada konsentrasi ion hidrogen pada
saat itu masih belum dititikberatkan. Setelah Peter Lauritz Sørensen menentukan skala pH logaritmik dan
memperkenalkan konsep penyanggaan (buffering) pada tahun 1909. kimiawan Jerman Leonor Michaelis dan murid bimbingan pascadokotoralnya yang berasal dari
Kanada, Maud Leonora Menten, mengulangi eksperimen Henri dan
mengkonfirmasi persamaan Henri. Persamaan ini kemudian dikenal dengan nama Kinetika Henri-Michaelis-Menten (kadang-kadang juga hanya disebut
kinetika Michaelis-Menten).
Hasil kerja mereka kemudian dikembangkan lebih jauh oleh G. E. Briggs dan J. B. S. Haldane. Penurunan persamaan kinetika yang diturunkan mereka
masih digunakan secara meluas sampai sekarang .
Salah satu kontribusi
utama Henri pada kinetika enzim adalah memandang reaksi enzim sebagai dua
tahapan. Pada tahap pertama, subtrat terikat ke enzim secara reversible,
membentuk kompleks enzim-substrat. Kompleks ini kadang-kadang disebut sebagai
kompleks Michaelis. Enzim kemudian mengatalisasi reaksi kimia dan melepaskan
produk;
Michaelis-Menten berkaitan plot v laju reaksi terhadap konsentrasi
substrat [S].
Penentuan konstanta
Untuk menentukan
kecepatan maksimum yang diperantarai reaksi enzim, serangkaian percobaan
dilakukan dengan berbagai substrat konsentrasi ([S]) dan tingkat awal
pembentukan produk diukur. 'Awal' di sini adalah diartikan bahwa laju reaksi
diukur setelah periode waktu relatif singkat, selama yang membangun kompleks
tetapi tetap konsentrasi substrat sekitar konstan dan semi-asumsi keadaan-tetap
akan terus. pengukuran dapat kemudian akan diplot dalam sebuah Lineweaver-Burk
plot, merencanakan kebalikan dari konsentrasi substrat terhadap kebalikan dari
kecepatan awal
Nilai-nilai konstanta
yang dikehendaki K M dan V maks dapat
dibaca secara langsung dari plot. Nilai-nilai yang akurat untuk K M
dan V maks hanya dapat ditentukan oleh regresi
non-linier dari data yang Michaelis-Menten. sementara berguna untuk visualisasi
seharusnya tidak pernah menjadi sumber nilai aktual dari enzim konstan karena
ketidakpekaan besar untuk kesalahan yang melekat pada semua plot terbalik.
Harus satu dipaksa untuk memperoleh nilai dari alur terbalik, yang Hanes-Woolf plot adalah yang paling akurat.
KONTROL AKTIVASI ENZIM
Terdapat lima cara
utama aktivitas enzim dikontrol dalam sel.
1.
Produksi enzim (transkripsi dan translasi gen enzim) dapat ditingkatkan atau
diturunkan bergantung pada respon sel terhadap perubahan lingkungan. Bentuk
regulase gen ini disebut induksi dan inhibisi enzim.
2.
Enzim dapat dikompartemenkan, dengan
lintasan metabolisme yang berbeda-beda yang terjadi dalam kompartemen sel yang berbeda. Sebagai contoh, asam lemak disintesis oleh sekelompok enzim dalam sitosol, retikulum
endoplasma, dan aparat
golgi, dan digunakan oleh sekelompok enzim lainnya sebagai sumber energi dalam mitokondria melalui β-oksidasi.
3.
Enzim dapat diregulasi oleh inhibitor dan aktivator. Contohnya, produk akhir lintasan metabolisme seringkali
merupakan inhibitor enzim pertama yang terlibat dalam lintasan metabolisme,
sehingga ia dapat meregulasi jumlah produk akhir lintasan metabolisme tersebut.
Mekanisme regulasi seperti ini disebut umpan balik negatif karena jumlah produk
akhir diatur oleh konsentrasi produk itu sendiri. Mekanisme umpan balik negatif
dapat secara efektif mengatur laju sintesis zat antara metabolit tergantung
pada kebutuhan sel. Hal ini membantu alokasi bahan zat dan energi secara
ekonomis dan menghindari pembuatan produk akhir yang berlebihan.
4.
Enzim dapat diregulasi melalui modifikasi pasca-translasional. Ia dapat meliputi fosforilasi, miristoilasi, dan glikosilasi.
5.
Beberapa enzim dapat menjadi aktif
ketika berada pada lingkungan yang berbeda
KOFAKTOR DAN KOENZIM
a. Kofaktor
Enzim terdiri dari
satu atau lebih rantai polipeptida, disamping itu terdapat pula bagian yang
bukan protein yang penting untuk aktivasi katalitik. Bagian yang bukan protein
ini disebut kofaktor.Beberapa enzim tidak memerlukan komponen tambahan untuk
mencapai aktivitas penuhnya. Namun beberapa memerlukan pula molekul non-protein
yang disebut kofaktor untuk berikatan dengan enzim dan menjadi aktif. Kofaktor
dapat berupa zat anorganik (contohnya ion logam) ataupun zat organik (contohnya flavin dan heme). Kofaktor dapat berupa gugus prostetik
yang mengikat dengan kuat, ataupun koenzim, yang akan melepaskan diri dari tapak
aktif enzim semasa reaksi dan ion metal yang akan memebentuk suatu ikatan
koordinasi dengan rantai spesifik pada tempat aktif dan pada saat yang sama
membentuk satu atau lebih ikatan koordinasi.pula dengan substrat.Enzim yang
memerlukan kofaktor namun tidak terdapat kofaktor yang terikat dengannya
disebut sebagai apoenzim ataupun apoprotein. Apoenzim beserta
dengan kofaktornya disebut holoenzim (bentuk aktif). Kebanyakan kofaktor
tidak terikat secara kovalen dengan enzim, tetapi terikat dengan kuat. Namun,
gugus prostetik organik dapat pula terikat secara kovalen (contohnya tiamina pirofosfat pada enzim piruvat dehidrogenase). Istilah holoenzim juga dapat
digunakan untuk merujuk pada enzim yang mengandung subunit protein berganda,
seperti DNA polimerase. Pada kasus ini, holoenzim adalah
kompleks lengkap yang mengandung seluruh subunit yang diperlukan agar menjadi
aktif.Contoh enzim yang mengandung kofaktor adalah karbonat anhidrase, dengan kofaktor seng terikat sebagai bagian dari tapak aktifnya.
b. Koenzim
Koenzim adalah
kofaktor berupa molekul organik kecil yang mentranspor gugus kimia atau
elektron dari satu enzim ke enzim lainnya. Contoh koenzim mencakup NADH, NADPH dan adenosina
trifosfat. Gugus kimiawi yang dibawa mencakup ion hidrida (H–) yang dibawa oleh NAD
atau NADP+, gugus asetil yang dibawa oleh koenzim A, formil, metenil, ataupun gugus metil yang dibawa oleh asam folat, dan gugus metil yang dibawa oleh S-adenosilmetionina. Beberapa koenzim seperti riboflavin, tiamina, dan asam folat adalah vitamin.Oleh karena koenzim secara kimiawi berubah oleh aksi enzim, adalah dapat
dikatakan koenzim merupakan substrat yang khusus, ataupun substrat sekunder.
Sebagai contoh, sekitar 700 enzim diketahui menggunakan koenzim NADH. Regenerasi
serta pemeliharaan konsentrasi koenzim terjadi dalam sel. Contohnya, NADPH
diregenerasi melalui lintasan pentosa fosfat, dan S-adenosilmetionina
melalui metionina adenosiltransferase.
DAFTAR PUSTAKA :
Shahib, nurhalin. 1992. Pemahaman
Seluk beluk Biokimia dan Penerapan Enzim. Bandung ; PT.CITRA ADTYA BAKTI
Lakitan Benyamin.2010.Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Rajawali
Pers
_____. ____. Enzim. http://metabolismelink.freehostia.com/enzim.htm
_____.
2011. Enzim. http://www.crayonpedia.org/mw/Enzim_12.1
Semua di akses 17 april 2011