Sabtu, 08 Desember 2012

Makalah Pterydophyta


marcreta04n.jpgMAKALAH BOTANI TINGKAT RENDAH

Disusun oleh :
1.        Aminah. 1005015025                       9.    Nila Sutriyanti. 1005015020
2.        Aini Rizkiana. 1005015068             10.  Okta Dian Noor. 1005015030
3.        Aprilia Novitasari. 1005015012     11.  Rahma Ariyanti. 1005015029
4.        Eka Putri Rahmi F. 1005015010     12.  Suparno Putera M. 1005015023
5.        Hafijatun. 1005015055                    13.  Suryadi. 1005015070
6.        Ima Nurani. 1005015004                 14.  Tika Aryanti N. 1005015003
7.        Marliono. 1005015031                     15.  Vera Arianti. 1005015019
8.        Mujiati. 1005015037                        16.  Wiji Yanti. 1005015013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARWAN
2012

                                   KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, Wr, Wb.
Untaian syukur kepada Allah Swt, senantiasa tercurah atas ragam nikmat yang telah dan senantiasa tercurah dalam dimensi kehidupan ini. Nikmat sehat, iman, dan ilmu adalah nikmat tak terkira dari Allah dan merupakan kekuatan maupun motivasi tersendiri bagi penyusun dalam menyelesaikan tugas salah satu mata kuliah, yakni Botani Tingkat Rendah. Dalam proses pembelajarannya, Determinasi Pterodhophyta pada mata kuliah tersebut, dan makalah yang berada dihadapan Anda pada saat ini, merupakan salah satu tugas yang tercakup pada mata kuliah terssebut.
Makalah ini memberikan gambaran mengenai penentuan jenis dari organisme yang ditemui di lingkungan sekitar melalui determinasi, dan hal terkait lainnya, khususnya mengenai tumbuhan tingkat rendah (Pterodhophyta). Penulis berharap makalah ini, dapat memberikan tambahan pengetahuan dan manfaat bagi kita semua.
Akhir kata, tiada gading yang tak retak, demikian pula dengan tugas atau makalah ini, masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun tetap penulis nantikan demi kesempurnaan makalah ini dan makalah atau tugas-tugas selanjutnya.

Samarinda,  Oktober 2012


                                                                               Penulis


DAFTAR ISI

                                                                                                
KATA PENGANTAR........................................................................................ i

DAFTAR ISI....................................................................................................... ii

BAB I  PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang....................................................................................... 1
B.      Rumusan Masalah.................................................................................. 2
C.      Tujuan.................................................................................................... 2

BAB II  PEMBAHASAN ………………………………..………………….... 3

BAB III KESIMPULAN……………………………………………………..         18

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN


A.           Latar Belakang
Tumbuhan secara umum dibagi menjadi sua tingkat yaitu tumbuhan tingkat rendah dan tumbuhantingkat tinggi. Dianggap tumbuhan tingkat rendah karena bagian-bagian dari tumbuan tersebut tidak sejati contohnya pada alga,  stipe dan bladenya tidak dapat di bedakan dan tidak berpembuluh.  Dan dianggap sebagai tumbuhan tingkat tinggi karena sudah jelas mempunyai kormus dan dapat di bedakan antara akar dan batangnya.
Namun ada tumbuhan yang termasuk tumbuhan tingkat rendah dan masuk pula pada tumbuhan tingkat tinggi, tumbuhan ini digolongkan tumbuhan tingkat rendah karena meskipun tubuhnya secara jelas mempunyai kormus serta mempunyai sistem pembuluh tetapi belum menghasilkan biji, dan alat perkembangbiakan utamanya adalah spora. Jadi bila di dasarkan pada macam alat perkembangbiakannya maka tumbuhan berspora tergolong tumbuhan tingkat rendah, namun apabila di dasarkan atas ada atau tidaknya sistem pembuluh tumbuhan paku tergolong tumbuhan tingkat tinggi.
Tumbuhan paku-pakuan (Pterodophyta) merupakan tumbuhan tingkat rendah yang memliki karakteristik dan keunikan tersendiri dibandingkan organisme/tumbuhan lainnya. Selain itu, terdapat cukup banyak spesies pada divisi Pterodhophyta, yang kesemuannya turut memiliki peranan tersendiri dalam ekosistem, bahkan dapat dimanfatkan bagi manusia sebagai bahan baku pembuatan barang kerajinan, dimanfaatkan sebagai tanaman hias yang memiliki nilai estetika, dan lain sebagainya. Hal tersebut dapat menjadi mudah, tatkala manusia (masyarakat) mengenali jenis-jenis tumbuhan paku tersebut. Maka dari itu penting sekali bagi kita untuk mengetahui lebih dalam lagi tumbuhan paku atau pteridophyta  serta meng identifikasi secara langsung serta mengetahui habitat maupun deskripsi dari bagian-bagian tumbuhan paku itu sendiri.
Adapun cara yang dapat dilakukan untuk memahami dan mengetahui jenis-jenis tumbuhan paku tersebut berdasarkan karakteristik yang ada ialah dengan melakukan identifikasi menggunakan kunci determinasi. Berdasarkan hal tersebut maka penting kiranya untuk mempelajari bagaimana menentukan jenis-jenis tumbuhan paku melalui proses identifikasi menggunakan kunci determinasi.

B.            Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang dibahas, antara lain:
1.      Bagaimana karakteristik tumbuhan paku (Pterodhophyta) sebagai tumbuhan tingkat rendah?
2.      Apa saja spesies yang termasuk dalam divisi (Pterodhophyta) ?
3.      Bagaimana cara mengidentifikasi tumbuhan paku menggunakan kunci determinasi?
C.             Tujuan
1.     Untuk mengidentifikasi beberapa jenis tumbuhan paku (Pterodhophyta).
2.    Untuk mendeskripsikan karakteristik tumbuhan paku (Pterodhophyta).











Tumbuhan paku atau Pterydophyta tergolong tumbuhan Kormophyta karena sudah memiliki akar, batang, dan daun sejati. Tumbuhan paku memiliki cara hidup yang bemacam-macam, ada yang saprofit, epifit, hidup di tanah, atau di air. Tumbuhan ini juga mengalami metagenesis seperti lumut tetapi bebeda pada fase yang dominan. Pada tumbuhan paku fase yang lebih dominan adalah pada fase sporofit dibandingkan dengan gametofit sehingga tumbuhan paku yang kita lihat sehari-hari merupakan fase sporofit.
Pada umumnya, tumbuhan paku banyak hidup pada tempat lembap sehingga disebut sebagai tanaman higrofit. Pada hutan-hutan tropik dan subtropik, tumbuhan paku merupakan tumbuhan yang hidup di permukaan tanah, tersebar mulai dari tepi pantai sampai ke lereng-lereng gunung, bahkan ada yang hidup di sekitar kawah gunung berapi.

Karakteristik Tumbuhan Paku
Secara umum, ciri-ciri tumbuhan paku mempunyai:
1.      Lapisan pelindung sel yang terdapat di sekeliling organ reproduksi,
2.      Embrio multiseluler yang terdapat di dalam arkegonium,
3.      Lapisan kutikula pada bagian luar tubuh,
4.      Sistem transportasi internal yang berfungsi sebagai pengangkut air dan zat-zat mineral dari dalam tanah,
5.      Struktur tubuh terdiri atas bagian-bagian akar, batang dan daun,
6.      Akarnya berupa rizoid yang bersifat seperti akar serabut dengan ujung dilindungi kaliptra,
7.      Batangnya pada umumnya tidak tampak (kecuali tumbuhan paku tiang) karena terdapat di dalam tanah berupa rimpang, menjalar, atau sedikit tegak,
8.      Daunnya yang muda umumnya melingkar atau menggulung,

Berdasarkan bentuk, ukuran dan susunan daunnya, tumbuhan paku dapat dibedakan menjadi:
1. Daun mikrofil (daun kecil), berbentuk seperti rambut atau sisik, tidak bertangkai dan bertulang daun serta belum memperlihatkan diferensiasi sel.
2. Daun makrofil (daun besar), ukurannya besar, bertangkai, bertulang daun, dan bercabang-cabang serta sel-selnya sudah terdiferensiasi dengan baik.

Berdasarkan fungsinya, daun tumbuhan paku dapat dibedakan menjadi:
1. Daun tropofil, daun yang khusus sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis,
2. Daun sporofil, daun yang berfungsi sebagai penghasil spora.

Spora dibentuk di dalam sporangium (kotak spora) yang terkumpul di dalam suatu badan yang disebut sorus yang terletak di bawah permukaan daun sporofil, berupa bintik-bintik kuning, cokelat, atau cokelat kehitaman. Swaktu masih muda, sorus dilindungi oleh selaput tipis yang disebut indisium.


Reproduksi Tumbuhan Paku

Reproduksi tumbuhan paku berlangsung secara metagenesis. Reproduksi vegetatif dengan spora haploid (n) yang dihasilkan oleh tumbuhan paku. Jadi, tumbuhan paku merupakan tumbuhan dalam fase sporofit (penghasil spora). Reproduksi generatif terjadi melalui peleburan antara spermatozoid dan ovum yang dihasilkan oleh protalium. Jadi, protalium yang berbentuk talus merupakan fase gametofit (penghasil gamet).
Berdasarkan jenis spora yang dihasilkan, tumbuhan paku dibedakn atas 3 golongan, yaitu:
a.       Paku homospora (isospora), yaitu tumbuhan paku yang hanya menghasilkan satu macam ukuran spora. Contoh: Lycopodium sternum (paku kawat).
b.      Paku heterospora (anisospora), yaitu tumbuhan paku yang menghasilkan dua jenis spora yang berlainan yaitu mikrospora (berkelamin jantan yang berukuran kecil) dan makrospora (spora berkelamin betina yang berukuran besar). Contohnya adalah Marsilea crenata (semanggi) dan Selaginella (paku rane)
c.       Paku peralihan, yaitu jenis tumbuhan paku yang menghasilkan spora dengan bentuk dan ukuran sama, tetapi berbeda jenis kelaminnya. Satu berjenis kelamin jantan dan yang lain berjenis kelamin betina. Contohnya adalah Equisetum debile (paku ekor kuda).

1.      Salvina cucullata
Kiambang (dari ki: pohon, tumbuhan, dan ambang: mengapung) merupakan nama umum bagi paku air dari genus Salvinia. Tumbuhan ini biasa ditemukan mengapung di air menggenang, seperti kolam, sawah dan danau, atau di sungai yang mengalir tenang.
Kiambang memiliki dua tipe daun yang sangat berbeda. Daun yang tumbuh di permukaan air berbentuk cuping agak melingkar, berklorofil sehingga berwarna hijau, dan permukaannya ditutupi rambut berwarna putih agak transparan. Rambut-rambut ini mencegah daun menjadi basah dan juga membantu kiambang mengapung. Daun tipe kedua tumbuh di dalam air berbentuk sangat mirip akar, tidak berklorofil dan berfungsi menangkap hara dari air seperti akar. Orang awam menganggap ini adalah akar kiambang. Kiambang sendiri akarnya (dalam pengertian anatomi) tereduksi. Kiambang tidak menghasilkan bunga karena masuk golongan paku-pakuan.
Sebagaimana paku air (misalnya semanggi air dan azolla) lainnya, kiambang juga bersifat heterospor, memiliki dua tipe spora: makrospora yang akan tumbuh menjadi protalus betina dan mikrospora yang akan tumbuh menjadi protalus jantan.
Paku air ini tidak memiliki nilai ekonomi tinggi, kecuali sebagai sumber humus (karena tumbuhnya pesat dan orang mengumpulkannya untuk dijadikan pupuk), kadang-kadang dipakai sebagai bagian dari dekorasi dalam ruang, atau sebagai tanaman hias di kolam atau akuarium. Karena dapat tumbuh sangat rapat hingga menutupi permukaan sungai atau danau,muncul pepatah Melayu "biduk berlalu, kiambang bertaut", yang berarti setelah gangguan berlalu, keadaan akan kembali seperti semula.

Kunci Determinasi
1.      a. Tumbuh-tumbuhan tidak dengan bunga sejati, artinya tidak ada   
     benang sari atau putik dan perhiasan bunga. Tumbuh-tumbuhan
     berspora. (golongan 1).....................................................................17
b. Tumbuh-tumbuhan dengan bunga sejati, sedikit-dikitnya dengan benang    
     sari dan (atau) putik. Tumbuhan berbunga.............................................2
17.    a.   Tumbuh-tumbuhan air kecil dan terapung bebas.....1. Salviniaceae
b.      Tumbuh-tumbuhan darat atau rawa, berakar di tanah………….........18

2.      Marsilea crenata
Semanggi atau paku bernama ilmiah Marsilea crenata Presl.adalah tanaman yang termasuk kedalam famili Marsiliaceae. Deskripsi menurut buku flora (Steenis,dkk. 2005) ( terjemahan)) adalah tumbuhan dengan daun berdiri sendiri atau dalam berkas, menjari berbilang 4, tangkai daun panjang dan tegak, panjang 2-30 cm, anak daun menyilang, berhadapan, berbentuk baji bulat telur, gundul atau hampir gundul, dengan panjang 3-22 cm dan lebar 2-18 cm, urat daun rapat berbentuk kipas, pada air yang tidak dalam muncul diatas air. Biasanya di temukan di sawah, selokan dan genangan air dangkal. Semanggi adalah sekelompok paku air (Salviniales) dari marga Marsilea yang di Indonesia mudah ditemukan di pematang sawah atau tepi saluran irigasi.
Morfologi tumbuhan marga ini khas, karena bentuk entalnya yang menyerupai payung yang tersusun dari empat anak daun yang berhadapan. Akibat bentuk daunnya ini, nama "semanggi" dipakai untuk beberapa jenis tumbuhan dikotil yang bersusunan daun serupa, seperti klover.
 







Semua anggotanya heterospor: memiliki dua tipe spora yang berbeda kelamin. Daun tumbuhan ini (biasanya M.crenata) biasa dijadikan bahan makanan yang dikenal sebagai pecel semanggi, khas dari daerah Surabaya. Organ penyimpan spora (disebut sporokarp) M.drummondii juga dimanfaatkan oleh penduduk asli Australia (aborigin) sebagai bahan makanan. Semanggi Marsilea crenata diketahui mengandung fitoestrogen (estrogen tumbuhan) yang berpotensi mencegah osteoporesis. Tumbuhan ini juga berpotensi sebagai tumbuhan bioremediasi, karena mampu menyerap logam berat Cd dan Pb. Kemampuan ini perlu diwaspadai dalam penggunaan daun semanggi sebagai bahan makanan, terutama bila daunnya diambil dari lahan tercemar logam berat.








Kunci Determinasi
1.      a. Tumbuh-tumbuhan tidak dengan bunga sejati, artinya tidak ada  
     benang sari atau putik dan perhiasan bunga. Tumbuh-tumbuhan
     berspora. (golongan 1).....................................................................17
b. Tumbuh-tumbuhan dengan bunga sejati, sedikit-dikitnya dengan benang    
     sari dan (atau) putik. Tumbuhan berbunga.............................................2
17.  a.   Tumbuh-tumbuhan air kecil dan terapung bebas..............1. Salviniaceae
b.      Tumbuh-tumbuhan darat atau rawa, berakar di tanah…….......18
18.  a. Daun majemuk menjari daun empat. Tumbuhan rawa dengan   
    batang menjalar dan tangkai daun tegak…............…2. Marsileaceae
   b. Daun-daun lain macamnya…………………….....…...………...…... 19

3.      Equisetum debile
Nama paku ekor kuda merujuk pada segolongan kecil tumbuhan (sekitar 20 spesies) yang umumnya terna kecil dan semua masuk dalam genus Equisetum (dari equus yang berarti "kuda" dan setum yang berarti "rambut tebal" dalam bahasa Latin). Anggota-anggotanya dapat dijumpai di seluruh dunia kecuali Antartika. Di kawasan Asia Tenggara (Indonesia termasuk di dalamnya) hanya dijumpai satu spesies alami saja, E. ramosissimum subsp. debile, yang dikenal sebagai rumput betung dalam bahasa Melayu, tataropongan dalam bahasa Sunda, dan petongan dalam bahasa Jawa. Kalangan taksonomi masih memperdebatkan apakah kelompok ekor kuda merupakan divisio tersendiri, sebagai Equisetophyta (atauSphenophyta), atau suatu kelas dari Pteridophyta, sebagai Equisetopsida (atau Sphenopsida). Hasil analisis molekular menunjukkan kedekatan hubungan dengan Marattiopsida.
Semua anggota paku ekor kuda bersifat tahunan, terna berukuran kecil (tinggi 0.2-1.5 m), meskipun beberapa anggotanya (hidup di Amerika Tropik) ada yang bisa tumbuh mencapai 6-8 m (E. giganteum dan E. myriochaetum).
Batang tumbuhan ini berwarna hijau, beruas-ruas, berlubang di tengahnya, berperan sebagai organ fotosintetik menggantikan daun. Batangnya dapat bercabang. Cabang duduk mengitari batang utama. Batang ini banyak mengandung silika. Ada kelompok yang batangnya bercabang-cabang dalam posisi berkarang dan ada yang bercabang tunggal. Daun pada semua anggota tumbuhan ini tidak berkembang baik, hanya menyerupai sisik yang duduk berkarang menutupi ruas. Spora tersimpan pada struktur berbentuk gada yang disebut strobilus (jamak strobili) yang terletak pada ujung batang (apical). Pada banyak spesies (misalnya E. arvense), batang penyangga strobilus tidak bercabang dan tidak berfotosintesis (tidak berwarna hijau) serta hanya muncul segera setelah musim salju berakhir. Jenis-jenis lain tidak memiliki perbedaan ini (batang steril mirip dengan batang pendukung strobilus), misalnya E. palustre dan E. debile.



 




Batang fertil E. arvense dengan strobilus di ujungnya. Batang ini muncul pada akhir musim salju, sebelum munculnya batang steril yang fotosintetik (lihat gambar di taxobox).
Spora yang dihasilkan paku ekor kuda umumnya hanya satu macam (homospor) meskipun spora yang lebih kecil pada E. arvense tumbuh menjadi protalium jantan. Spora keluar dari sporangiumyang tersusun pada strobilus. Sporanya berbeda dengan spora paku-pakuan karena memiliki empat "rambut" yang disebut elater. Elater berfungsi sebagai pegas untuk membantu pemencaran spora.
 











Paku ekor kuda menyukai tanah yang basah, baik berpasir maupun berlempung, beberapa bahkan tumbuh di air (batang yang berongga membantu adaptasi pada lingkungan ini). E.arvense dapat tumbuh menjadi gulma di ladang karena rimpangnya yang sangat dalam dan menyebar luas di tanah.Herbisida pun sering tidak berhasil mematikannya. Di Indonesia, rumput betung (E. debile) digunakan sebagai sikat untuk mencuci dan campuran obat.
Pada masa lalu, kira-kira pada zaman Karbonifer, paku ekor kuda purba dan kerabatnya (Calamites, dari divisio yang sama, sekarang sudah punah) mendominasi hutan-hutan di bumi. Beberapa spesies dapat tumbuh sangat besar, mencapai 30 m, seperti ditunjukkan pada fosil-fosil yang ditemukan pada deposit batu bara. Batu bara dianggap sebagai pengerasan sisa-sisa serasah dari hutan purba ini.


Kunci Determinasi
1.      a. Tumbuh-tumbuhan tidak dengan bunga sejati, artinya tidak 
               ada benang sari atau putik dan perhiasan bunga. Tumbuh-
   tumbuhan berspora. (golongan 1).......................................................17
b. Tumbuh-tumbuhan dengan bunga sejati, sedikit-dikitnya dengan benang    
     sari dan (atau) putik. Tumbuhan berbunga.............................................2
17.  a.  Tumbuh-tumbuhan air kecil dan terapung bebas..............1. Salviniaceae
b.      Tumbuh-tumbuhan darat atau rawa, berakar di tanah…….........18
18.  a. Daun majemuk menjari daun empat. Tumbuhan rawa dengan  
      batang menjalar dan tangkai daun tegak….................…2. Marsileaceae
     b. Daun-daun lain macamnya…………………….....…...……...…... 19
19.  a. Daun paling panjang 2 cm, berbentuk sisik, lanset, atau uncek.   
     Bagian yang fertile dari tumbuhan sedikit banyak mirip bulir.  
     Sporangia terdapat di ketiak daun batang, atau juga di bawah dari   
     sisik berbentuk perisai……................................................…....……20
b. Daun lebih besar dan lain bentuknya. Bagian yang fertile berbentuk  
    bulir atau tidak. Sporangia tidak demikian letaknya…..........................22
20.     a. Batang berbuku dan berongga di tengah, daun sangat kecil,
        berbentuk sisik, duduk dalam karangan dan saling tumbuh melekat   
                menjadi pelepah…........................................................3.Equisetaceae.
b.         Batang tak berbeuku. Daun tidak demikian…......……........…….21
4.      Selaginella tamariscina
Tumbuhan ini termasuk divisi Pteridophyta yaitu paku-pakuan. Batang berbentuk bulat, liat, percabangan menggarpu atau membentuk kipas tanpa pertumbuhan sekunder dan berwarna hijau. Daun berupa tunggal, berhadapan, bersusun berbaris sepanjang batang bentuk jarum dengan panjang 1-2 mm dan berwarna hijau. Tumbuhan ini mempunyai sporangium yang tereduksi, terdapat di ketiak daun, berwarna putih kehijauan sedangkan serabutnya muncul dari batang seperti akar lekat dan berwarna coklat. Rumput Kipas mempunyai habitus terna, merayap, sedikit tegak. Batang bulat, liat, bercabang-cabang menggarpu, tanpa pertumbuhan sekunder dan putih kecoklatan. Daun tunggal, tersusun dalam garis sepanjang batang, berhadapan, panjang 1-2 mm, halus dan hijau. Spora berupa sporangium tereduksi diketiak daun dan berwarna putih. Akar serabut, muncul dari batang yang berdaun dan berwarna coklat kehitaman.


Habitat Penyebaran
Merupakan tumbuhan liar di pinggir-puiggir hutan atau dibudidayakan sebagai tanaman hias, pada ketinggian 10 m sainpai 1.500 m di atas permukaan laut. Pengumpulan bahan dapat dilakukan sepanjang tahun
(Hutapea, 1994)

Sistematika tanaman
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Lycopodiinae
Bangsa : Selaginellales
Suku : Selaginellaceae
Marga : Selaginella
Jenis : Selaginella Tamariscina



Kunci Determinasi
1.      a. Tumbuh-tumbuhan tidak dengan bunga sejati, artinya tidak 
                      ada benang sari atau putik dan perhiasan bunga. Tumbuh-
          tumbuhan berspora. (golongan 1)..............................................17
b. Tumbuh-tumbuhan dengan bunga sejati, sedikit-dikitnya dengan  
    benang sari dan (atau) putik. Tumbuhan berbunga...........................2
17.  a.Tumbuh-tumbuhan air kecil dan terapung bebas...........1. Salviniaceae
b.      Tumbuh-tumbuhan darat atau rawa, berakar di tanah….......18
18.  a. Daun majemuk menjari daun empat. Tumbuhan rawa dengan  
          batang menjalar dan tangkai daun tegak…..............…2. Marsileaceae
     b. Daun-daun lain macamnya……………………..…...……...…... 19
19.  a. Daun paling panjang 2 cm, berbentuk sisik, lanset, atau uncek.  
         Bagian yang fertile dari tumbuhan sedikit banyak mirip bulir. 
         Sporangia terdapat di ketiak daun batang, atau juga di bawah
         dari sisik berbentuk perisai……..................................…....……20
     b. Daun lebih besar dan lain bentuknya. Bagian yang fertile berbentuk 
         bulir atau tidak. Sporangia tidak demikian letaknya…....................22
20.  a. Batang berbuku dan berongga di tengah, daun sangat kecil,
            berbentuk sisik, duduk dalam karangan dan saling tumbuh melekat  
                    menjadi pelepah….....................................................3.Equisetaceae.
b.Batang tak berbeuku. Daun tidak demikian…......….............….21
21.  a.Cabang batang mempunyai dua baris daun kecil, yang hanya
    terdapat pada sisi atau muka dan dua baris daun yang lebih besar dan datar di sebelah kiri dan kanan, sehingga suatu cabang jenis memperlihatkan sisi atas dan sisi bawah….4. Selaginelaceae.
b.  Cabangnya lain. Daun tersusun rapat atau agak rapat bentuk benang,
          menghadap ke segala arah…….…........…............. 5. Lycopodiaceae.




5.      Lycopodium nummularifolium

Merupakan jenis tumbuhan paku perrenial dan hidup sebagai epifit di bawah dan melekat pada batang pohon-pohon pada habitat aslinya, yaitu hutan tropis. Dibandingkan dengan kerabat Lycopodium lain yang tumbuh merumpun (menggerombol), spesies ini cenderung bertipikal tumbuh menjalar, memanjang atau menggantung. Batang berbentuk bulat, kecil, keras dan memanjang seperti kawat (wiry stem). Dua cabang dikotomi (dichotomous branches) terbentuk pada ujung batang/cabang sebelumnya yang selanjutnya tumbuh menjadi cabang-cabang baru. Cabang-cabang kemudian dapat tumbuh hingga mencapai tanah dan menjalar membentuk sistem perakaran baru (rhizoma). Rhizoma berakar adventif merupakan bentuk modifikasi batang yang berfungsi selain sebagai alat trasport air dan nutrient untuk proses photosintesis, juga sebagai alat perekat tanaman pada tempat tumbuhnya.

Kunci Determinasi
1.      a. Tumbuh-tumbuhan tidak dengan bunga sejati, artinya tidak 
                      ada benang sari atau putik dan perhiasan bunga. Tumbuh-
          tumbuhan berspora. (golongan 1)..............................................17
b. Tumbuh-tumbuhan dengan bunga sejati, sedikit-dikitnya dengan 
    benang sari dan (atau) putik. Tumbuhan berbunga...........................2
17.  a.Tumbuh-tumbuhan air kecil dan terapung bebas...........1. Salviniaceae
b.      Tumbuh-tumbuhan darat atau rawa, berakar di tanah….......18
18.  a. Daun majemuk menjari daun empat. Tumbuhan rawa dengan  
       batang menjalar dan tangkai daun tegak….................…2. Marsileaceae
b. Daun-daun lain macamnya……………………..…...……...…... 19
19.  a. Daun paling panjang 2 cm, berbentuk sisik, lanset, atau uncek.  
         Bagian yang fertile dari tumbuhan sedikit banyak mirip bulir. 
         Sporangia terdapat di ketiak daun batang, atau juga di bawah
         dari sisik berbentuk perisai……..................................…....……20
  b. Daun lebih besar dan lain bentuknya. Bagian yang fertile berbentuk 
      bulir atau tidak. Sporangia tidak demikian letaknya….......................22
20.  a. Batang berbuku dan berongga di tengah, daun sangat kecil,
         berbentuk sisik, duduk dalam karangan dan saling tumbuh melekat  
                  menjadi pelepah….....................................................3.Equisetaceae.
b.Batang tak berbeuku. Daun tidak demikian…......….............….21
21.  a.Cabang batang mempunyai dua baris daun kecil, yang hanya
    terdapat pada sisi atau muka dan dua baris daun yang lebih besar dan datar di sebelah kiri dan kanan, sehingga suatu cabang jenis memperlihatkan sisi atas dan sisi bawah….................4. Selaginelaceae.
b.  Cabangnya lain. Daun tersusun rapat atau agak rapat bentuk   
      benang, menghadap ke segala arah…........... 5. Lycopodiaceae.

6.      Dicksonia sp.

Habitat
Tumbuhan paku kidang (Dicksonia sp.) yang ditemukan menyebar di daerah Coban Talun yang di kenal oleh daerah setempat dengan sebutan paku kidang. memiliki daya adaptasi yang cukup tinggi, sehingga tidak jarang dijumpai paku dapat hidup dimana-mana, diantaranya didaerah lembab, terjal, dipegunungan bahkan ada yang sifatnya menempel pada batang pohon, baru atau tumbuh diatas tanah, pada umumnya paku kidang (Dicksonia sp.) ini tumbuh di hutan pegunungan yang lembab. Jenis-jenis paku yang berbeda kebutuhanyna juga akan berbeda terhadap cahaya. Ada yang menyenangi tempat terlindung dan ada sebagian pada tempat tertutup.
Dalam literatur dijelaskan bahwa paku kidang (Dicksonia sp.) merupakan tumbuhan paku terestrial yang tumbuh secara solliter (tunggal) (Holttum, 1963).
Ø  Habitus            :    Jenis habitus dari paku kidang (Dicksonia sp.) ini
                                  merupakan tumbuhan herba.
Ø  Akar                :    Paku ini mempunyai akar berserabut dan dilindungi   
                                  kaliptra sehingga menjadikannya lebih kuat.   
Ø  Batang                    : silindris dengan simetris dorsoventral berwarna  
kecoklatan dengan permukaan yang disertai berbulu
Ø  Daun               : daun pada paku ini memiliki ental, bentuknya meruncing
       dengan tepi rata panjngnya 32 cm, teksturnya seperti kertas
       dan permukaan atas halus dan mengkilap bertoreh berwarna
        hijau dan berupa daun majemuk menyirip ganda.        
Ø  Ciri-ciri Khusus
·         Memiliki vernasi bergulung pada daun muda dan akan membuka bila telah dewasaakibat lebih lambatnya pertumbuhan permukaandaun atas dari pada permukaan bawahpada perkembangan awalnya.
·         Memiliki dimorfisme, antara sporofil dan tropofil ada dalam satu individu
Ø  Sporofil            : susunan sporofil pada sporofit berkelompok rapat.
Ø  Sporangium    : sporangium terdapat didalam sorus yang terletak di permukaan bawah daun.Sorus berbentuk bola, termasuk tipe gradatae, tetapi beberapa jenis menunjukkan peralihan tipe mixtae.Sorus dapat dilindungi oleh indusium







Kunci Determinasi
1.      a. Tumbuh-tumbuhan tidak dengan bunga sejati, artinya tidak 
                      ada benang sari atau putik dan perhiasan bunga. Tumbuh-
          tumbuhan berspora. (golongan 1)..............................................17
b. Tumbuh-tumbuhan dengan bunga sejati, sedikit-dikitnya dengan 
    benang sari dan (atau) putik. Tumbuhan berbunga...........................2
17.  a.Tumbuh-tumbuhan air kecil dan terapung bebas.........1. Salviniaceae
b.      Tumbuh-tumbuhan darat atau rawa, berakar di tanah….......18
18.  a. Daun majemuk menjari daun empat. Tumbuhan rawa dengan  
           batang menjalar dan tangkai daun tegak….............…2. Marsileaceae
b. Daun-daun lain macamnya……………………..…..…...…... 19
19.  a. Daun paling panjang 2 cm, berbentuk sisik, lanset, atau uncek.  
           Bagian yang fertile dari tumbuhan sedikit banyak mirip bulir. 
           Sporangia terdapat di ketiak daun batang, atau juga di bawah
           dari sisik berbentuk perisai……..................................…....……20
  b. Daun lebih besar dan lain bentuknya. Bagian yang fertile     
      berbentuk bulir atau tidak. Sporangia tidak demikian   
      letaknya…...................................................................................22
20.  a. Batang berbuku dan berongga di tengah, daun sangat kecil,
                berbentuk sisik, duduk dalam karangan dan saling tumbuh melekat  
                        menjadi pelepah….....................................................3.Equisetaceae.
b.  Batang tak berbeuku. Daun tidak demikian…......….............….21
21.  a.Cabang batang mempunyai dua baris daun kecil, yang hanya
       terdapat pada sisi atau muka dan dua baris daun yang lebih besar   
       dan datar di sebelah kiri dan kanan, sehingga suatu cabang jenis
                      memperlihatkan sisi atas dan sisi bawah….............4. Selaginelaceae.
b.  Cabangnya lain. Daun tersusun rapat atau agak rapat bentuk   
      benang, menghadap ke segala arah…........... 5. Lycopodiaceae.
22.  a.  Daun terdiri atas bagian fertile yang berbentuk bulir, yang tumbuh   
           dari kaki bagian steril, yang bentuknya seperti kumpulan dalam   
           barisan……. ......................................…......…6.Ophioglossaceae.
b.  Tumbuh-tumbuhan lain; tidak ada bagian yang fertile
      bebentuk bulir………......................................................….23
23.  a.  Tepi atau ujung daun atau anak daun terbagi dalam taju/pancung sempit berbentuk garis, di mana sisi bawahnya tersusun rapat dalam baris 2-4. Daun (batang) yang fertil memanjat. “Daun” letaknya berhadapan……………...…...............................……..7. Schizaeaceae.
       b.  Daun fertile tidak demikian…………………………......…......24
24.  a.  Daun (agaknya batangnya!) berulang kali bercabang menggarpu,      
     kebanyakan memanjat…………………..........…..8. Gleicheiaceae.
            b.  Daun lain………………………......………………………….25
25.  a.  Paku pohon, artinya, paku yang setelah dewasa mempunyai   
     batang yang jelas lebih tinggi dari 2 meter…....9. Cyatheaceae.
            b.  Paku lainnya……………......……………………………..........26

















KESIMPULAN


1.    Identifikasi tumbuhan berguna untuk mengenal nama jenis tumbuhan yang tergolong tumbuhan tingkat rendah. Untuk mengenal nama jenis tumbuhan yang tergolong tumbuhan tingkat tinggi dengan cara  menentukan namanya yang benar dan tempatnya yang tepat dalam sistem klasifikasi dari tingkat divisi hingga ke tingkat spesiesnya.
2.    Berdasarkan jenis spora yang dihasilkan, tumbuhan paku dibedakan atas 3 golongan, yaitu:
a.       Paku homospora (isospora),Contoh: Lycopodium sternum (paku kawat).
b.      Paku heterospora (anisospora), Contohnya adalah Marsilea crenata (semanggi) dan Selaginella (paku rane).
c.       Paku peralihan, Contohnya adalah Equisetum debile (paku ekor kuda)
3.    Secara umum, ciri-ciri tumbuhan paku mempunyai:
1.         Lapisan pelindung sel yang terdapat di sekeliling organ reproduksi,
2.         Embrio multiseluler yang terdapat di dalam arkegonium,
3.         Lapisan kutikula pada bagian luar tubuh,
4.         Sistem transportasi internal yang berfungsi sebagai pengangkut air dan zat-zat mineral dari dalam tanah,
5.         Struktur tubuh terdiri atas bagian-bagian akar, batang dan daun,
6.         Akarnya berupa rizoid yang bersifat seperti akar serabut dengan ujung dilindungi kaliptra,
7.         Batangnya pada umumnya tidak tampak (kecuali tumbuhan paku tiang) karena terdapat di dalam tanah berupa rimpang, menjalar, atau sedikit tegak,
8.         Daunnya yang muda umumnya melingkar atau menggulung.




DAFTAR PUSTAKA



Dr. C.G.G.J. Van Steenis. 1981. Flora. PT PRADNYA PARAMITA;Jakarta Pusat
Hal 45-48
Heyne, K. 1950. De Nuttige Platen van indonese. N. V. Uitgeverij. Van houve, Graven:Bandung
Jihan.2011.Pterydophyta.http://www.scribd.com/doc/76679544/ Pterydophyta-

Liza Rizki.2011. Tumbuhan Paku.http:// lolipip.blogspot. com/2011/12/ Tumbuhan Paku.html.
Safitri Farida.2012. Ciri Tumbuhan Paku. http://www.scribd.com /doc/55724949/Ciri Tumbuhan Paku.
Steenis,C.G.G.J.1981.Flora Untuk Sekolah Di Indonesia.PT. Pradnya Paramita:Jakarta






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

semoga bermanfaat.... kalo ada yang salah,, mungkiin ada kritik dan sebagaiinya.. komenn aja, sebagai masukan. terima kasih.