Selasa, 02 Oktober 2012

Klasifikasi, Sistem klasifikasi, Konsep kategori dan Unit-unit klasifikasi (BTR)


ARTIKEL BOTANI TINGKAT RENDAH
KLASIFIKASI, SISTEM KLASIFIKASI, KONSEP KATEGORI DAN UNIT-UNIT KLASIFIKASI




Disusun Oleh :
Aini Rizkiana 1005015068

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MULAWARMAN 2012
KLASIFIKASI

A.    Pendahuluan

Sejak dulu manusia telah mengklasifikasikan makhluk hidup. Dasar dari klasifikasi makhluk hidup adalah persamaan dan perbedaan ciri-ciri pada berbagai jenis makhluk hidup. Klasifikasi makhluk hidup yang umum digunakan sekarang adalah klasifikasi empat kingdom. Klasifikasi ini pertama kali dipublikasikan oleh Carl Woese pada 1977. Kingdom-kingdom yang tercakup didalamnya adalah kingdom Archaebacteria, Eubakteria (bakteri), Protista, Fungi (jamur), Plantae (tumbuhan) dan Animalia (hewan).
Dalam setiap keanekaragaman tumbuhan, para ahli botani selalu menghadapi persoalan dalam menentukan tingkat takson golongan tumbuhan yang dihadapi. Tingkat takson sangat penting karena tampa adanya tingkatan takson, maka manfaat sistem klasifikasi tidak dapat diperoleh. Menurut kesepakatan internasional, istilah-istilah untuk menyebut masing-masing takson bagi tumbuhan itu tempatnya tidak boleh diubah sehingga masing-masing istilah itu menunjukkan kedudukan atau tingkat dalam hierarki atau menunjukkan kategorinya dalam sistem klasifikasi. Dalam taksonomi tumbuhan istilah yang digunakan untuk menyebutkan suatu takson sekaligus mencerminkan pula di mana posisi dan seberapa tinggi tingkatnya dalam hierarki klasifikasi.
Klasifikasi makhluk hidup merupakan suatu cara memilah dan mengelompokkan mahkluk hidup menjadi golongan atau unit tertentu yang disebut takson. Ilmu yang mempelajari klasifikasi makhluk hidup disebut taksonomi. Cara pembentukan atau  penyusunan  takson – takson disebut klasifikasi.
Selain mekalukan penggolongan (klasifikasi),dalam taksonomi juga dilakukan identifikasi atau determinasi (pengenalan). Melakukan identifikasi makhluk hidup berarti mengungkapkan identitas suati makhluk hidup, yaitu menentukan nama yang benar dan tempat yang tepat dalam klasifikasi. Untuk melakukan identifikasi atau determinasi dapat digunakan kunci identifikasi atau kunci determinasi. Ilmu yang mengkaji jenis-jenis keanekaragaman makhluk hidup disebut sistematika.
Topik ini diangkat agar mahasiswa dapat mengetahui dan lebih menguasai mengenai klasifikasi di masa ini.
B.     Abstrak
Dalam setiap keanekaragaman tumbuhan, para ahli botani selalu menghadapi persoalan dalam menentukan tingkat takson golongan tumbuhan yang dihadapi. Tingkat takson sangat penting karena tampa adanya tingkatan takson, maka manfaat sistem klasifikasi tidak dapat diperoleh. Menurut kesepakatan internasional, istilah-istilah untuk menyebut masing-masing takson bagi tumbuhan itu tempatnya tidak boleh diubah sehingga masing-masing istilah itu menunjukkan kedudukan atau tingkat dalam hierarki atau menunjukkan kategorinya dalam sistem klasifikasi. Dalam taksonomi tumbuhan istilah yang digunakan untuk menyebutkan suatu takson sekaligus mencerminkan pula di mana posisi dan seberapa tinggi tingkatnya dalam hierarki klasifikasi.
Klasifikasi makhluk hidup merupakan suatu cara memilah dan mengelompokkan mahkluk hidup menjadi golongan atau unit tertentu yang disebut takson. Ilmu yang mempelajari klasifikasi makhluk hidup disebut taksonomi. Cara pembentukan atau  penyusunan  takson – takson disebut klasifikasi.
Klasifikasi makhluk hidup adalah pengelompokan berdasarkan kesamaan bentuk dan fungsi makhluk hidup.
Dari kelima sistem klasifikasi makhluk hidup tersebut yang paling sering digunakan adalah klasifikasi sistem 5 kingdom. Hal ini karena masih dipertanyakan tentang sifat virus yang bisa dimasukkan dalam kelompok makhluk hidup tetapi juga bisa merupakan benda tak hidup. Sehingga para ahli cenderung menggunakan klasifikasi sistem 5 kingdom.

C.    Tujuan
-          Untuk mengetahui Pengertian klasifikasi, sistem klasifiasi, konsep kategori dan unit-unit klasifikasi

D.    Pembahasan

1.      Pengertian Klasifikasi

Alam semesta terdiri dari komponen biotik dan abiotik. Komponen biotik (makhluk hidup) jumlahnya sangat banyak dan sangat beraneka ragam. Mulai dari laut, dataran rendah, sampai di pegunungan, terdapat makhluk hidup yang jumlahnya banyak dan sangat beraneka ragam. Karena jumlahnya banyak dan beraneka ragam, maka kita akan mengalami kesulitan dalam mengenali dan mempelajari makhluk hidup. Untuk mempermudah dalam mengenali dan mempelajari makhluk hidup maka diperlukan cara. Cara untuk mempermudah kita dalam mengenali dan mempelajari makhluk hidup disebut Sistem Klasifikasi (penggolongan / pengelompokan).
Klasifikasi makhluk hidup adalah pengelompokan berdasarkan kesamaan bentuk dan fungsi makhluk hidup.
Manfaat Klasifikasi adalah sebagai berikut :
-          Menyederhanakan objek studi dari makhluk hidup yang beraneka ragam.
-          Mengetahui hubungan kekerabatan antar anggota kelompok makhluk hidup dalam klasifikasi tersebut. Makin banyak persamaan satu golongan dengan golongan lain artinya kedua golongan tersebut memiliki hubungan kekerabatan makin dekat.
-          Mempermudah dalam mengetahui urutan proses evolusi/ perkembangan suatu makhluk hidup

2.      Macam-Macam Sistem Klasifikasi

-          Sistem Klasifikasi alami
Sistem klasifikasi ini diciptakan oleh Theophrastus (370SM - 285SM), salah satu murid Aristoteles didasarkan pada bentuk yang dapat dilihat dengan mata biasa (morfologi). Tumbuhan dibagi menjadi 4 kelompok : pohon, semak, perdu dan herba
Merupakan suatu cara pengelompokan makhluk hidup berdasarkan banyaknya persamaaan ciri morfologi yang dimiliki.Pengamatan dilakukan menggunakan mata telanjang dengan mengamati bentuk luar tubuh suatu makhluk hidup, antara lain warna,ukuran tubuh, tinggi/pendek, bentuk daun, bentuk paruh, bentuk kakidan bentuk batang. Kelebihan sistem ini ialah identifikasi yang mudah. dan sistem ini juga relatif lebih stabil karena tidak akan berubah oleh perubahan perkembangan pengetahuan.

-          Sistem klasifikasi buatan
Adalah pengelompokan makhluk hidup yang didasarkan atas adanya beberapa persamaan ciri morfologi, alat reproduksi, lingkungan tempat tumbuh, dan daerah penyebarannya tanpa memperhatikan kesamaan struktur yang mungkin memperlihatkan hubungan kekerabatan. Misalnya kupu-kupu dan kelelawar merupakan satu kelompok karena keduanya dapat terbang. Kelebihan sistem ini adalah semua orang dapat melakukan pengelompokan makhluk hidup dengan menentukan sendiri aturan yang digunakan.
Diciptakan oleh Carolus Linnaeus (1707-1778), ilmuwan swedia dikenal sebagai Bapak Klasifikasi dasar yang digunakan adalah alat reproduksi seksual, dasar lain yang digunakan adalah morfologi. Merupakan penggolongan mahluk hidup berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia. Misalnya : beracun atau berguna, piaraan atau liar, gulma atau sayuran.

-          Sistem klasifikasi filogenik
Pengelompokan berdasarkan jauh dekatnya hubungan kekerabatan antar takson (kelompok). Diciptakan oleh Charles Darwin 1859, menerbitkan buku tentang teori evolusi. Ia menyatakan bahwa persamaan struktur tubuh menunjukkan hubungan kekerabatan yang lebih dekat. Didasarkan urutan perkembangan mahluk hidup (filogeni) serta mengetahui hubungan kekerabatan antara satu dengan yang lainnya.

Perkembangan Sistem Klasifikasi makhluk hidup.
Perkembangan klasifikasi dimulai dari klasifikasi sistem 2 kingdom, klasifikasi sistem 3 kingdom, klasifikasi sistem 4 kingdom , klasifikasi sistem 5 kingdom dan klasifikasi sistem 6 kingdom.
a.       Sistem 2 kingdom
Makhluk hidup pada masa ini dibedakan menjadi dua kelompok yaitu hewan (animalia), makhluk hidup yang tidak dapat membuat makanan sendiri, memerlukan makhluk hidup lain sebagai sumber makanannya, dan dapat melakukan gerak berpindah tempa. Kelompok satunya adalah  tumbuhan (plantae) yaitu makhluk hidup yang dapat membuat makanan sendiri dengan bantuan sinar matahari, melalui proses fotosintesis, kelompok ini tidak dapat berpindah tempat meskipun dapat melakukan gerak yang terbatas.
b.      Sistem 3 kingdom
Makhluk hidup berdasarkan cara mendapatkan makanan dibedakan menjadi tiga kelompok besar meliputi:
-          Jamur (fungi) memperoleh nutrisi dengan cara menguraikan media tempat hidupnya dan menyerapnya.
-          Tumbuhan (plantae) dengan cara fotosintesis (memproduksi makanan sendiri)
-          Hewan (animalia) dengan cara memakan makhluk hidup lain

c.       Sistem 4 kingdom
Dasar yang digunakan untuk melakukan klasifikasi ini adalah ada tidaknya membran inti sel. Organisme yang tidak memiliki membran inti disebut sebagai prokariota sedang organisme yang memiliki membran inti sel di sebut sebagai eukariota. Adapun pengelompokkannya adalah sebagai berikut:
-          Monera (prokariota)
-          Fungi (eukariota)
-          Plantae (eukariota)
-          Animalia (eukariota)

d.      Sistem 5 kingdom
Sistem ini dikemukakan oleh Robert H. Whittaker (1969), Klasifikasi disusun berdasarkan struktur organisasi internal sel, struktur organisasi sel, dan tipe nutrisi sel.meliputi
-          kingdom monera meliputi bakteri dan ganggang hijau biru
-          kingdom protista,meliputi protozoa dan ganggang
-          kingdom fungi (cendawan),
-          kingdom plantae meliputi bryophyta,pteridophyta dan spermatophyte
-          kingdom animalia.meliputi vertebrata dan avertebrata

e.       Sistem 6 kingdom
Sistem ini di kemukakan oleh Robert H. Whittaker setelah diketahui bahwa virus mampu melakukan reproduksi sebagai ciri dari makhluk hidup. Sistem ini meliputi:
-          Virus
-          Monera
-          Protista
-          Fungi
-          Plantae
-          Animalia

Dari kelima sistem klasifikasi makhluk hidup tersebut yang paling sering digunakan adalah klasifikasi sistem 5 kingdom. Hal ini karena masih dipertanyakan tentang sifat virus yang bisa dimasukkan dalam kelompok makhluk hidup tetapi juga bisa merupakan benda tak hidup. Sehingga para ahli cenderung menggunakan klasifikasi sistem 5 kingdom.



3.  Konsep Kategori
                  Menurut Arijani, kategori adalah tingkat-tingkat atau struktur atau hirarki taksonomi dari yang tertinggi sampai yang terendah. Sedangkan takson adalah setiap golongan (unit) taksonomi tingkat yang menapun atau dengan kata lain sebagai satuan unit dari pengelompokan dalam klasifikasi. Takson-takson dibedakan dalam tingkat yang berbeda-beda, sehingga takson-takson itu menurut urut-urut tingkatnya. Ada 7 tingkat takson yang utama berturut-turut dari bawah ke atas, yaitu: jenis (species), marga (genus), suku (familia), bangsa (ordo), kelas (classis), divisi (divisio), dan dunia (regnim).Klasifikasi dapat diartikan sebagai pembentukan kelas-kelas, kelompok, unit, atau takson melalui pencarian keseragaman dalam keanekaragaman. Tujuan klasifikasi makhluk hidup adalah untuk mempermudah mengenali, membandingkan, dan mempelajari makhluk hidup. Membandingkan berarti mencari persamaan dan perbedaan sifat atau ciri pada makhluk hidup.
Klasifikasi makhluk hidup didasarkan pada persamaan dan perbedaan ciri yang dimiliki makhluk hidup, misalnya bentuk tubuh atau fungsi alat tubuhnya. Makhluk hidup yang memliliki ciri yang sama dikelompokkan dalam satu golongan. Contoh klasifikasi makhluk hidup adalah:
-          Berdasarkan ukuran tubuhnya. Contoh: Tumbuhan dikelompokkan menjadi pohon, perdu, dan semak.
-          Berdasarkan lingkungan tempat hidupnya. Contoh: Tumbuhan dikelompokkan menjadi tumbuhan yang hidup di lingkungan kering (xerofit), tumbuhan yang hidup di lingkungan air (hidrofit), dan tumbuhan yang hidup di lingkungan lembab (higrofit).
-          Berdasarkan manfaatnya. Contoh: Tumbuhan dikelompokkan menjadi tanaman obat-obatan,tanaman sandang, tanaman hias, tanaman pangan dan sebagainya
-          Berdasarkan jenis makanannya. Contoh: Hewan dikelompokkan menjadi hewan pemakan daging (karnivora), hewan pemakan tumbuhan (herbivora), dan hewan pemakan hewan serta tumbuhan (omnivora).

Urutan klasifikasi makhluk hidup dari tingkat tertinggi ke terendah (yang sekarang digunakan) adalah Domain (Daerah), Kingdom (Kerajaan), Phylum atau Filum (hewan) / Divisio (tumbuhan), Classis (Kelas), Ordo (Bangsa), Famili (Suku), Genus (Marga), dan Spesies (Jenis).

1.    Kingdom (Kerajaan)
Kingdom adalah tingkatan paling atas dari tingkatan klasifikasi makhluk hidup. Khusus dalam sistem tiga domain, kingdom adalah satu tingkat di bawah domain. Pada awalnya, hanya ada dua kingdom: Animalia untuk hewan dan Vegetabilia untuk tumbuhan. Ketika makhluk hidup bersel satu ditemukan, temuan baru ini dipecah ke dalam dua kingdom: yang dapat bergerak ke dalam filum Protozoa, sementara alga dan bakteri ke dalam divisi Thallophyta atau Protophyta. Namun ada beberapa makhluk yang dimasukkan ke dalam filum dan divisi, seperti alga yang dapat bergerak, Euglena, dan jamur lendir yang mirip amuba. Karena adanya kebingungan ini, Ernst Haeckel menyarankan adanya kingdom ketiga, yaitu Protista untuk menampung makhluk hidup yang tidak memiliki ciri klasifikasi yang jelas. Kingdom ketiga in baru populer belakangan ini (kadang dengan sebutan Protoctista).
Kini, standar Amerika menggunakan sistem enam kingdom (Animalia, Plantae, Fungi, Protista, Archaea, Bacteria) sementara standar Inggris, Australia dan Kolumbia memakai lima kingdom (Animalia, Plantae, Fungi, Protista, dan Prokaryota atau Monera).

2.    Divisi
Divitio merupakan tingkatan takson yang menghimpun beberapa kelas yang memiliki kesamaan cirri. Misalnya seluruh hewan bersel satu dimasukkan kedalam filum Protozoa, tumbuhan berbiji dimasukan kedalan divisi Spermatophyta.

3.    Class (Kelas)
Divisi dibagi menjadi kelas-kelas menurut ciri-ciri yang masih umum, misalnya tumbuhan berbunga (magnoliophyta) dibagi menjadi tumbuhan berkotiledon satu (monokotil atau kelas liliopsida) dan tumbuhan berkotiledon dua (dikotil atau kelas magnoliopsida). Kelas magnoliopsida tersebut masih bisa dibagi lagi menjadi subkelas, seperti magnoliidae dan rosidae ada kelompok hewan, kelas terdiri dari semua hewan yang terbentuk atas adanya perbedaan sekunder dari prinsip dasar filumnya. Misalnya kelas amphibia dalam subfilum vertebrata, prinsip dasarnya sama, yaitu mempunyai tulang belakang (vertebrae), tetapi mempunyai perbedaan dengan hewan vertebrata lain, yaitu dalam siklus hidupnya.

4.    Ordo (Bangsa)
Ordo atau bangsa (Bahasa Latin: ordo, jamak ordines) adalah suatu tingkat atau takson antara kelas dan familia. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh ahli botani Jerman Augustus Quirinus Rivinus dalam klasifikasi tumbuhannya. Carolus Linnaeus merupakan orang pertama yang secara konsisten menerapkannya dalam klasifikasi tiga kerajaan besar: mineral, hewan, dan tumbuhan dalam bukunya Systema Naturae(1735).

5.    Famili Famili (Suku)
            Familia dalam klasifikasi ilmiah adalah suatu takson yang berada  antara ordo dan genus. Pengindonesiaan takson ini adalah suku (dipakai dalam banyak pustaka ilmiah), famili, atau keluarga. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh ahli botani Perancis Pierre Magnol dalam bukunya Prodromus historiae generalis plantarum, in quo familiae plantarum per tabulas disponuntur pada tahun 1689. Carolus Linnaeus menggunakan istilah familia dalam bukunya Philosophia botanica (1751) untuk merujuk pada kelompok utama tumbuhan.

6.    Genus (Marga)
Dalam biologi, genus /marga adalah salah satu bentuk pengelompokan dalam klasifikasi makhluk hidup yang lebih rendah dari familia. Anggota-anggota genus memiliki kesamaan morfologi dan kekerabatan yang dekat. Dalam sistem tatanama binomial, nama suatu spesies makhluk hidup terdiri atas dua kata, yaitu: nama genusnya (diawali dengan huruf kapital) dan nama penunjuk spesiesnya dengan ditulis atau cetak miring. Misalnya, Homo sapiens, nama ilmiah untuk spesies manusia modern, menandakan bahwa manusia modern tergolong ke dalam genus Homo.

7.    Spesies (Jenis)
Spesies adalah suatu takson yang dipakai dalam taksonomi untuk menunjuk pada satu atau beberapa kelompok individu (populasi) yang serupa dan dapat saling membuahi satu sama lain di dalam kelompoknya (saling membagi gen) namun tidak dapat dengan anggota kelompok yang lain. Anggota-anggota dalam suatu spesies jika saling berkawin dapat menghasilkan keturunan yang fertil tanpa hambatan reproduktif. Dapat terjadi, sejumlah kelompok dalam suatu spesies tidak saling berkawin karena hambatan geografis namun bila dipertemukan dan dikawinkan dapat menghasilkan keturunan fertil. Dua spesies yang berbeda jika saling berkawin akan menghadapi masalah hambatan biologis; apabila menghasilkan keturunan yang sehat, keturunan ini biasanya steril/mandul.
Spesies, jika disebut dalam nama ilmiah, disingkat dengan sp. (Contoh Phalaenopsis sp. — berarti “sejenis Phalaenopsis“, jika jamak disingkat dengan spp.).

4.  Unit-Unit Klasifikasi

Dalam taksonomi tumbuhan spesies sebagai unit merupakan suatu yang benar-benar ada di alam, dan telah banyak ahli-ahli ilmu tumbuhan yang telah berusaha untuk menjelaskan apakah yang dimaksud dengan spesies dan bagaimana batasan-batasannya. Ternyata hal itu bukan pekerjaan yang mudah. Hingga sekarang tidak ada seorang ahli pun yang mampu memberikan batasan mengenai konsep jenis itu yang dapat memuaskan semua pihak. Beberapa pengertian spesies menurut pandangan para ahli biologi antara lain:

-          Species taksonomi, populasi-populasi yang terdiri atas individu-individu dengan ciri-ciri morfologi yang sama, dan dapat dipisahkan dari spesies lainnya oleh adanya ketidaksinambungan ciri-ciri morfologi yang berkolerasi.
-          Species biologi, populasi-populasi yang disatukan sama lain oleh kemungkinan untuk saling kawin mengawini secara bebas, dan terpisah atau terisolasi dari species-species lainnya oleh penghalang reproduksi.
-          Species genetik, membatasi spesies dengan suatu ukuran dari perbedaan genetik atau jarak di antara populasi atau kelompok dari populasi.
-          Species paleontologik, didasarkan pada aliran gen dan isolasi reproduksi.
-          Species kladistik, sesuatu keturunan dari populasi organisme yang dianggap sebagai nenek moyang yang tetap mempertahankan identitasnya dari keturunan tadi, dan mereka mempunyai kecenderungan secara evolusi dan kenyataan historik.
-          Species biosistematik, mencerminkan suatu unit-unit yang mencerminkan keanekaragaman hubungan kekerabatan reproduktif diluar pembatasan yang diberikan oleh hierarki Linnaeus. Banyak kategori yang telah diusulkan berhubungan dengan unit-unit hasil dari penyelidikan biosistematik yang menginterpretasi batas-batas reproduktif dari taksa, contohnya homogen dan heterogen. Homogen adalah suatu spesies yang secara genetik dan morfologik homogen, semua anggota-anggotannya interfertil, heterogen adalah suatu spesies yang tersusun dari kumpulan tumbuhan yang mempunyai keturunan yang sama, bila sendiri menghasilkan populasi yang secara morfologi tetap, tetapi bila disilangkan dapat menghasilkan tipe keturunan yang fertil dan viable.

E.     Kesimpulan
Pengertian Klasifikasi
Alam semesta terdiri dari komponen biotik dan abiotik. Komponen biotik (makhluk hidup) jumlahnya sangat banyak dan sangat beraneka ragam. Cara untuk mempermudah kita dalam mengenali dan mempelajari makhluk hidup disebut Sistem Klasifikasi (penggolongan / pengelompokan).
Klasifikasi makhluk hidup adalah pengelompokan berdasarkan kesamaan bentuk dan fungsi makhluk hidup.
Macam-Macam Sistem Klasifikasi
-          Sistem Klasifikasi alami
-          Sistem klasifikasi buatan
-          Sistem klasifikasi filogenik
Perkembangan Sistem Klasifikasi makhluk hidup.
Perkembangan klasifikasi dimulai dari klasifikasi sistem 2 kingdom, klasifikasi sistem 3 kingdom, klasifikasi sistem 4 kingdom , klasifikasi sistem 5 kingdom dan klasifikasi sistem 6 kingdom.
Dari kelima sistem klasifikasi makhluk hidup tersebut yang paling sering digunakan adalah klasifikasi sistem 5 kingdom. Hal ini karena masih dipertanyakan tentang sifat virus yang bisa dimasukkan dalam kelompok makhluk hidup tetapi juga bisa merupakan benda tak hidup. Sehingga para ahli cenderung menggunakan klasifikasi sistem 5 kingdom.
Konsep Kategori
                  Klasifikasi makhluk hidup didasarkan pada persamaan dan perbedaan ciri yang dimiliki makhluk hidup, misalnya bentuk tubuh atau fungsi alat tubuhnya. Makhluk hidup yang memliliki ciri yang sama dikelompokkan dalam satu golongan.
Urutan klasifikasi makhluk hidup dari tingkat tertinggi ke terendah (yang sekarang digunakan) adalah Domain (Daerah), Kingdom (Kerajaan), Phylum atau Filum (hewan) / Divisio (tumbuhan), Classis (Kelas), Ordo (Bangsa), Famili (Suku), Genus (Marga), dan Spesies (Jenis).
4.  Unit-Unit Klasifikasi

Dalam taksonomi tumbuhan spesies sebagai unit merupakan suatu yang benar-benar ada di alam, dan telah banyak ahli-ahli ilmu tumbuhan yang telah berusaha untuk menjelaskan apakah yang dimaksud dengan spesies dan bagaimana batasan-batasannya. Ternyata hal itu bukan pekerjaan yang mudah. Hingga sekarang tidak ada seorang ahli pun yang mampu memberikan batasan mengenai konsep jenis itu yang dapat memuaskan semua pihak. Beberapa pengertian spesies menurut pandangan para ahli biologi antara lain:

-          Species taksonomi
-          Species biologi
-          Species genetic
-          Species paleontologik
-          Species kladistik
-          Species biosistematik

F.     Daftar Pustaka
http://BAHAN%20KULIAH/BOTANI/html




METIL (factorial design)


MAKALAH
METODOLOGI PENELITIAN
FACTORIAL DESIGN”


Disusun Oleh :

Aini Rizkiana 1005015068
Jebli 10050150
Nor Syahuri 10050150
Nur Fadilah idris 10050150
Rezky Nova Depita 10050150

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2012
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Factorial Design” ini. Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas dalam matakuliah Metodologi Penelitian pada semester 5 di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mulawarman.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi.  Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada orangtua yang telah turut membantu dalam doa, dan memotivasi kami dalam menyelesaikan makalah kami.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen matakuliah Metodologi Penelitian yang telah memberikan tugas, petunjuk, kepada kami sehingga kami termotivasi dan dapat menyelesaikan tugas ini. Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini.
Dengan kerendahan hati penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak memiliki kekurangan, untuk itu kami memohon maaf yang sebesar-besarnya.



                                                                       Samarinda,  Maret 2012

                                                                                   Penulis






BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah

Eksperimen merupakan salah satu metode penelitian yang dapat dipilih dan digunakan dalam penelitian pembelajaran pada latar kelas (PTK). Penelitian eksperimental dapat diartikan sebagai sebuah studi yang objektif, sistematis, dan terkontrol untuk memprediksi atau mengontrol fenomena. Penelitian eksperimen bertujuan untuk menyelidiki hubungan sebab akibat (cause and effect relationship), dengan cara mengekspos satu atau lebih kelompok eksperimental dan satu atau lebih kondisi eksperimen. Hasilnya dibandingkan dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai perlakuan (Danim, 2OO2).

Pada kesempatan ini akan dibahas lebih dalam mengenai factorial design atau sering disebut rancangan faktorial. Desain faktorial merupakan suatu tindakan terhadap satu variabel atau lebih yang dimanipulasi secara simultan agar dapat mempelajari pengaruh setiap variabel terhadap variabel terikat atau pengaruh yang diakibatkan adanya interaksi antara beberapa variabel. Jika diperhatikan pada desain 1 dan desain 2, menunjukkan bahwa karena masih menggunakan konsep variabel tunggal, seorang peneliti pada umumnya masih merasa mudah dan mengerti apa yang hendak dilakukan dan tindakan apa yang perlu diantisipasi untuk mengambil data yang diperlukan di lapangan. Konsep variabel tunggal ini banyak terjadi di penelitian laboratorium, ilmu pengetahuan alam, dan disebagian penelitian tinngkah laku (pendidikan, sosial dan ekonomi). Tetapi bila lebih lanjut kita melihat pada desain penelitian eksperimen atau eksperimen semu, maka kesulitan akan dirasakan, terutama dalam menentukan tindakan apa yang perlu dilakukan dalam proses selanjutnya.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan penelitian eksperimen?
2.      Apa yang dimaksud dengan factorial design atau rancangan faktorial?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui mengenai penelitian eksperimen dan rancangan-rancangannya.
2.      Untuk mengetahui mengenai rancangan factorial.

D.    Manfaat
      Agar dapat lebih mengetahui dan menguasai tentang metode penelitian, khususnya factorial design atau rancangan faktorial .






BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pengertian Penelitian Eksperimen

MACAM :

1. Pra  eksperimental

2. eksperimental semu/

   Quasi eksperimental

3 eksperimental sungguhan

  (True eksperimental)


Analitik :
Macam :
1)Cross sectional
2)Case control
3)Cohort
    - Prospektive
    - Retrospektif

Deskriptif :
Macam :
1)Sensus
2)Survey
3)Studi kasus
   

Eksperimental


Obsevasional

DESAIN

PENELITIAN
 

 

 

 

 

 

 

 



 

 








Eksperimen merupakan salah satu metode penelitian yang dapat dipilih dan digunakan dalam penelitian pembelajaran pada latar kelas (PTK). Penelitian eksperimental dapat diartikan sebagai sebuah studi yang objektif, sistematis, dan terkontrol untuk memprediksi atau mengontrol fenomena. Penelitian eksperimen bertujuan untuk menyelidiki hubungan sebab akibat (cause and effect relationship), dengan cara mengekspos satu atau lebih kelompok eksperimental dan satu atau lebih kondisi eksperimen. Hasilnya dibandingkan dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai perlakuan (Danim, 2OO2). selanjutnya akan dipaparkan karakteristik Penelitian Eksperimen, yaitu sebagai berikut

1.      Karakteristik Penelitian Eksperimen

Danim (2002) menyebutkan beberapa karakteristik penelitian eksperimental, yaitu,
-          Variabel-veniabel penelitian dan kondisi eksperimental diatur secara tertib ketat (rigorous management), baik dengan menetapkan kontrol, memanipulasi langsung, maupun random (rambang).
-          Adanya kelompok kontrol sebagai data dasar (base line) untuk dibandingkan dengan kelompok eksperimental.
-          Penelitian ini memusatkan diri pada pengontrolan variansi, untuk memaksimalkan variansi variabel yang berkaitan dengan hipotesis penelitian, meminimalkan variansi variabel pengganggu yang mungkin mempengaruhi hasil eksperimen, tetapi tidak menjadi tujuan penelitian. Di samping itu, penelitian ini meminimalkan variansi kekeliruan, termasuk kekeliruan pengukuran. Untuk itu, sebaiknya pemilihan dan penentuan subjek, serta penempatan subjek dalarn kelompok-kelompok dilakukan secara acak.
-          Validitas internal (internal validity) mutlak diperlukan pada rancangan penelitian eksperimental, untuk mengetahui apakah manipulasi eksperimental yang dilakukan pada saat studi ini memang benar-benar menimbulkan perbedaan.
-          Validitas eksternalnya (external validity) berkaitan dengan bagaimana kerepresentatifan penemuan penelitian dan berkaitan pula dengan penggeneralisasian pada kondisi yang sama.
-          Semua variabel penting diusahakan konstan, kecuali variabel perlakuan yang secara sengaja dimanipulasikan atau dibiarkan bervariasi.

2.      Langkah-Langkah Kegiatan Penelitian Eksperimen

Pada umumnya, penelitian eksperirnental dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti berikut, yaitu,
-          Melakukan kajian secara induktif yang berkait erat dengan permasalahan yang hendak dipecahkan.
-          Mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah.
-          Melakukan studi literatur dan beberapa sumber yang relevan, memformulasikan hipotesis penelitian, menentukan variabel, dan merumuskan definisi operasional dan definisi istilah.
-          Membuat rencana penelitian yang didalamnya mencakup kegiatan:
a)      Mengidentifikasi variabel luar yang tidak diperlukan, tetapi memungkinkan terjadinya kontaminasi proses eksperimen.
b)      menentukan cara mengontrol.
c)      memilih rancangan penelitian yang tepat.
d)     menentukan populasi, memilih sampel (contoh) yang mewakili serta memilih sejumlah subjek penelitian.
e)      membagi subjek dalam kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen.
f)       membuat instrumen, memvalidasi instrumen dan melakukan studi pendahuluan agar diperoleh instrumen yang memenuhi persyaratan untuk mengambil data yang diperlukan.
g)      mengidentifikasi prosedur pengumpulan data. dan menentukan hipotesis.

-          Melaksanakan eksperimen.
-          Mengumpulkan data kasar dan proses eksperimen.
-          Mengorganisasikan dan mendeskripsikan data sesuai dengan vaniabel yang telah ditentukan.
-          Menganalisis data dan melakukan tes signifikansi dengan teknik statistika yang relevan untuk menentukan tahap signifikasi hasilnya.
-          Menginterpretasikan basil, perumusan kesimpulan, pembahasan, dan pembuatan laporan (Sukardi, 2003).

3.      Rancangan Penelitian Eksperimen

Rancangan yang akan diterapkan dalam penelitian eksperimen meliputi: pra-eksperimental, eksperimen murni, dan eksperimen kuasi.

a.       Rancangan Pra-Eksperimental
Rancangan pra-eksperirnental yang sederhana ini berguna untuk mendapatkan informasi awal terhadap pertanyaan pada penelitian. Ada tiga hal yang lazim digunakan pada rancangan pra-eksperimental, yaitu:
-          Studi kasus bentuk tunggal (one-shot case study)
-          Tes awal – tes akhir kelompok tunggal (the one group pretest posttest)
-          Perbandingan kelompok statis (the static group comparison design)

b.      Rancangan Eksperimen Murni
Rancangan eksperimen murni ini mempunyai tiga karakteristik, yaitu:

-          Adanya kelompok kontrol.
-          Siswa ditarik secara ramdom dan ditandai untuk masing-masing kelompok.
-          Sebuah tes awal diberikan untuk mengetahui perbedaan antar kelompok.

c.       Rancangan Eksperimen Kuasi/Semu (Quasi—Experimental Design)
Rancangan eksperimental kuasi ini memiliki kesepakatan praktis antara eksperimen kebenaran dan sikap asih manusia terhadap bahasa yang ingin kita teliti. Beberapa rancangan eksperimen kuasi (eksperimen semu), yaitu:
-          Rancangan dengan pemasangan subjek melalui tes akhir dan kelompok kontrol (the randomized posttest – only control group design, using matched subject).
-          Rancangan dengan pemasangan subjek melalui tes awal-tes akhir dan kelompok kontrol (the randomnized posttest – only control group design, using matched subject).
-          Rancangan tiga perlakuan dengan pengaruh imbangan (a three treatment counter balanced, using matched subject).
-          Rancangan rangkaian waktu (a basic time-series design)
-          Rancangan faktorial (factorial design).

Jika Rani Anggraeni Purwanti 2 maret 2008 dalam artikel “PENELITIAN EKSPERIMEN” di situs web http://sdoriza.wordpress.com/penelitian-pendidikan/ mengatakan bahwa rancangan faktorial masuk ke dalam rancangan eksprerimen kuasi/semu, maka di dalam dokumen berjudul “Design Penelitian” yang di temukan pada situs http://adysetiadi.files.wordpress.com/2012/04/desain-penelitian.dotx mengatakan :


Skema desain penelitian experimen

1) The one shot case study
2) One group pre test post test study.
3) The static group comparison
1) Non randomized control group pre test post test design.
2) The time series design.
3) Control group  time series design.
4) Equivalent time sample design.
5) Separate sample pre test post test design.
6) Separate sample pre test post test control design.
7) Equivalent material design.
8) Counter balanced design..

1.  Randomized control group pre test post test design.
2.  Randomized Solomon four group design.
3.  Treatment by subject design (rancangan sama subyek).
4.  Factorial design

Ekperimental

eksperimental semu

(Quasi ksperimental)


eksperimental sungguhan (true experiment)

Pra  eksperimental
 




















Dalam penelitian eksperimen sering digunakan simbol atau lambang sebagai berikut :
R               : Randomisasi (acak)
01  (T1)     : Pengukuran pertama (pretes)
X               : perlakuan atau eksperimen
02  (T2)     : pengukuran kedua (post tes)

Macam-macam Rancangan True experimen
1.    Randomized control group pre test post test design.
2.    Randomized Solomon four group design.
3.    Treatment by subject design (rancangan sama subyek).
4.    Factorial design

 





1)   Randomized control group pre test post test design
2)   Randomized Solomon four group design.
3)   Rancangan Pretes-Postes dengan Kelompon Kontrol (pre-postes with Control Group)
4)   Rancangan postes dengan Kelompok Kontrol (Postes Only Control Group Design)
5)   Rancangan Faktorial  
Adalah langkah lebih maju daripada ekserimental design sebelumnya. Pada experimental design sebelumnya, hanya ada satu X (perlakuan/program) yang ingin diketahui efeknya,sedangkan pada Factorial Design ingin dipelajari dua atau lebih dari perlakuan/program X (faktor) secara terpisah atau sekaligus. Factorial Design yang paling sederhana adalah Rancangan Bangun Factorial 2 x 2.

Jika Rani Anggraeni Purwanti 2 maret 2008 dalam artikel “PENELITIAN EKSPERIMEN” di situs web http://sdoriza.wordpress.com/penelitian-pendidikan/ mengatakan bahwa rancangan faktorial masuk ke dalam rancangan eksprerimen kuasi/semu, maka di dalam dokumen berjudul “Design Penelitian” yang di temukan pada situs http://adysetiadi.files.wordpress.com/2012/04/desain-penelitian.dotx mengatakan bahwa bagian dari rancangan eksperimen murni maka pendapat lainnya di dalam dokumen “Metode Penelitian Eksperimen” yang dapat ditemukan pada situs http://cucuzakariyya.files.wordpress.com/2009/11/metode-penelitian-eksperimen.doc mengatakan bahwa :


Macam-Macam Design Eksperimen
Pre-Eksperimental
True- Eksperimental
Factorial Experimental
Quasi Experimental
One-shot Case Studi
One Group Petest-Posttest
Intec-Group Comparison
Posttest Only Control Design
Prettest- Control Group Design
Time- series Design
Nonequivalet Ctroup Design
Beberapa bentuk desain eksperimen

-          Pre- Experimental Designs (Nondesigns)
Pre- Experimental Designs (nondesigns) belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Bentuk Pre- Experimental Designs (nondesigns) ada beberapa macam yaitu:
a.       One-Shot Cose Study
Paradikma dalam penelitian eksperimen model ini dapa di gambarkan sebagai berikut:
X O
X=  Treatment yang diberikan 
      (variabel independen)
O= Observasi
      (Variabel dependen)
Adapun cara membacanya sebagai berikut terdapat suatu kelompok diberi trikmen atau perlakuan dan selanjutnya di observasi hasilnya.
b.      One- Group Pretest-Posttest Design
Bila dalam one-shot case study tidak di beri pretest, maka pada paradikma ini terdapat pretest sebelum diberi perlakuan sehingga hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karna dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.
O1 X O2
O1= nilai pretest (sebelum diberi diklat)
O2 = nilai posttest( setelah diberi diklat)
Pengaruh diklat terhadap prestasi kerja pegawai = (O2- O1)


c.       Intact-Group Comparison
Terdapat 1 kelompok yang digunakan untuk penelitian tetapi dibagi 2 yaitu setengah kelompok eksperimen dan setengah kelompok untuk kontrol
X         O1
             O2
O1= Hasil pengukuran setengah kelompok yang diberi perlakuan
O2= Hasil pengukuran setengah kelompok yang tidak di beri perlakuan
Pengaruh perlakuan = O1 – O2
-          Tru-Experimental design
Dikemukakan 2 bentuk yaitu:
a.       Pottest-Only Control Design
R X O2
R     O4
 


Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing di pilih secara randum (R). Kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok yang lain tidak. Kelompok yang di beri perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang di beri (treatment) adalah (O1 : O2). Dalam penelitian yang sesungguhnya pengaruh treatment dianalisis dengan uji beda, pakai statistik t-test misalnya. Kalau terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka perlakuan yang di berikan berpengaruh secara signifikan.
b.      Pretest-posttest control group design
R     O1   X    O2
R     O3          O4
 



Terdapat dua kelompok yang di pilih secara randum, kemudian di beri pretest untuk mengetahui keadaan awal adalah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil pretest yang baik bila nilai kelompok eksperimen tidak berbeda secara signifikan. Pengaruh perlakuan adalah (O2 – O1) – (O4 – O3)

-          Factorial Design
Merupakan modifikasi dari design true experimental, yaitu dengan memperlihatkan kemungkinan adanya variabel moderator yang mempengaruhi perlakuan ( variabel independen) terhadap hasil (variabel dependen). Paradigma design faktorial dapat digambarkan seperti berikut:
R           O1         X          Y1     O2

R          O3                      Y1      O4

R          O5         X           Y2     O6

R          O7                      Y2       O8
 






Semua kelompok di pilih secara randum, kemudian masing-masing diberi pretest. Kelompok untuk penelitian dinyatajkan baik , bila setiap keompok nilai pretestnya sama. Jadi O1 = O3 = O5 = O7

-          Quasi Experimental Design
Merupakan pengembangan dari true experimental design, yang sulit dilaksanakan. Mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.
Dua bentuk eksperimen ini yaitu:
a.       Time series design
Desain ini tidak dapat di pilih secara randum. Sebelum diberi perlakuan kelompok diberi pretest sampai empat kali, dengan maksud untuk mengetahui keistabilan dan kejelasan kelompok sebelum di beri perlakuan. Bila hasil pretest selama empat kali ternyata nilanya berbeda-beda, berarti kelompok tersebut labil, dan konsisten.

O1   O2  O3  O4   X   O5   O6   O7    O8
 



Hasil pre test yang baik adalah O1 = O2= O3 = O4 dan perlakuan yang baik adalah O5 = O6 = O7 = O8. besarnya pengaruh perlakuan adalah= (O5 + O6 + O7  O8) – (O1 + O2 + O3 + O4).
Dibawah ini merupakan grafik berbagai kemungkinan hasil penelitian yang menggunakan desain time series.

b.      Nonequivalent control group design
Desain ini hampir sama dengan pretest- posttest control group desain, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompk kontrol tidak dipilih secara random.

O1     X       O2

O3               O4
 






Factorial design  is one in which two or more variabel s are manipulated simultaneously in order to study the independent effect of each variabel  on the dependent variabel s as well as the effects due to interactions among the several variabel s (Ary dkk., 1985).

Desain faktorial merupakan suatu tindakan terhadap satu variabel atau lebih yang dimanipulasi secara simultan agar dapat mempelajari pengaruh setiap variabel terhadap variabel terikat atau pengaruh yang diakibatkan adanya interaksi antara beberapa variabel. Jika diperhatikan pada desain 1 dan desain 2, menunjukkan bahwa karena masih menggunakan konsep variabel tunggal, seorang peneliti pada umumnya masih merasa mudah dan mengerti apa yang hendak dilakukan dan tindakan apa yang perlu diantisipasi untuk mengambil data yang diperlukan di lapangan. Konsep variabel tunggal ini banyak terjadi di penelitian laboratorium, ilmu pengetahuan alam, dan disebagian penelitian tinngkah laku (pendidikan, sosial dan ekonomi). Tetapi bila lebih lanjut kita melihat pada desain penelitian eksperimen atau eksperimen semu, maka kesulitan akan dirasakan, terutama dalam menentukan tindakan apa yang perlu dilakukan dalam proses selanjutnya.



B.     Beberapa Contoh Rancangan Faktorial

1.      Pembuatan Nata De Tomato

Buah tomat merupakan buah yang tidak tahan lama (mudah busuk) sehingga perlu alternatif lain dalam pemanfaatannya. Alternatif tersebut adalah menjadi produk makanan melalui proses fermentasi menggunakan bakteri Acetobacter Xylinum yang disebut nata. Pembuatan nata dengan bahan baku buah tomat, maka hasil fermentasinya disebut nata de tomato. Hal ini dikarenakan tomat memiliki karbohidrat sebagai substrat pembentuk nata. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui variabel yang berpengaruh dan menentukan kondisi optimum pada proses pembuatan nata de tomato dari buah tomat secara fermentasi. Metode penelitian yang digunakan adalah factorial design dengan 3 variabel dan 2 level. Dalam penelitian ini digunakan variabel tetap yaitu volum media 650 ml , suhu fermentasi 30 ÂșC dan konsentrasi starter ( 10% dari media fermentasi). Sedangkan variabel berubahnya yaitu konsentrasi gula ( 5 % dan 8 % ), tingkat keasaman (3 dan 5) dan waktu fermentasi ( 12 dan 14 hari ). Respon yang diamati adalah besarnya yield dari setiap variabel. Dari hasil penelitian diperoleh data variabel yang berpengaruh adalah konsentrasi gula, tingkat keasaman dan waktu fermentasi. Kondisi optimal pada konsentrasi gula 5 %, pH 3 dan lama fermentasi 14 hari dengan yield sebesar 60,18 %. Sedangkan uji kimia diperoleh hasil berupa kadar karbohidrat 7,25 % ; kadar protein 0,11 % ; kadar sukrosa 1,96 % dan kadar air 97,20 %.

2.      Peningkatan daya tahan tahu putih di Perusahaan Tahu Budi Purnomo dengan metode factorial design

Dengan Author Andriana, Lydia dan dari Sumber : http://repository.petra.ac.id/3763/
Tahu putih merupakan makanan yang dibuat melalui proses pengendapan protein kedelai dengan menggunakan bahan penggumpal khusus. Tahu putih hasil produksi Budi Purnomo memiliki daya tahan relatif singkat karena perusahaan tidak memberikan campuran bahan penggumpal maupun bahan pengawet. Menurut pihak perusahaan penggunaan bahan yang tidak tepat terhadap pemberian campuran bahan penggumpal dan bahan pengawet justru akan merubah rasa tahu menjadi lebih pahit atau kecut. Metode factorial design digunakan untuk menemukan kombinasi faktor dan level yang optimal. Faktor yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga yaitu campuran bahan penggumpal, jenis bahan pengawet dan lama pendidihan bubur kedelai. Dari hasil eksperimen yang telah dilakukan didapatkan komposisi yang dapat meningkatkan daya tahan tahu putih lebih lama dari sebelumnya tanpa mengubah rasa tahu tersebut yaitu campuran bahan penggumpal asam cuka dan jenis bahan pengawet asam sorbat.

3.      Peningkatan kualitas tape dengan menggunakan metode factorial design

Dengan Author Wishnu Adiluhung dan sumber : http://repository.petra.ac.id/7042/
Tape adalah salah satu makanan khas dari singkong yang difermentasi dengan menggunakan ragi. Skripsi ini dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh Perusahaan Tape 31 yaitu banyaknya komplain dari konsumen yang menyebabkan penurunan penjualan dalam beberapa bulan terakhir. Penelitian ini menggunakan metode factorial design untuk menemukan kombinasi faktor dan level yang optimal. Faktor yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga yaitu rasio ragi dan gula, lama perebusan, dan lama fermentasi. Dari hasil eksperimen yang telah dilakukan didapatkan komposisi yang paling banyak disukai oleh konsumen yaitu rasio ragi dan gula sebanyak 5:3 gram, lama perebusan selama 60 menit, dan lama fermentasi 4 hari.













BAB III
KESIMPULAN


Eksperimen merupakan salah satu metode penelitian yang dapat dipilih dan digunakan dalam penelitian pembelajaran pada latar kelas (PTK). Penelitian eksperimental dapat diartikan sebagai sebuah studi yang objektif, sistematis, dan terkontrol untuk memprediksi atau mengontrol fenomena. Penelitian eksperimen bertujuan untuk menyelidiki hubungan sebab akibat (cause and effect relationship), dengan cara mengekspos satu atau lebih kelompok eksperimental dan satu atau lebih kondisi eksperimen. Hasilnya dibandingkan dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai perlakuan (Danim, 2OO2).

Pada kesempatan ini akan dibahas lebih dalam mengenai factorial design atau sering disebut rancangan faktorial. Desain faktorial merupakan suatu tindakan terhadap satu variabel atau lebih yang dimanipulasi secara simultan agar dapat mempelajari pengaruh setiap variabel terhadap variabel terikat atau pengaruh yang diakibatkan adanya interaksi antara beberapa variabel. Jika diperhatikan pada desain 1 dan desain 2, menunjukkan bahwa karena masih menggunakan konsep variabel tunggal, seorang peneliti pada umumnya masih merasa mudah dan mengerti apa yang hendak dilakukan dan tindakan apa yang perlu diantisipasi untuk mengambil data yang diperlukan di lapangan. Konsep variabel tunggal ini banyak terjadi di penelitian laboratorium, ilmu pengetahuan alam, dan disebagian penelitian tinngkah laku (pendidikan, sosial dan ekonomi). Tetapi bila lebih lanjut kita melihat pada desain penelitian eksperimen atau eksperimen semu, maka kesulitan akan dirasakan, terutama dalam menentukan tindakan apa yang perlu dilakukan dalam proses selanjutnya.
















DAFTAR PUSTAKA


Faisal, S. 1982. Metodologi Penelitian Pendidikan.Surabaya: Usaha Nasional

Fuchan, A. 2004. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar