Minggu, 11 Desember 2011

Makalah Model Pembelajaran Dick and Carrey




BAB II
PEMBAHASAN


A.     Model Pembelajaran Dick dan Carey
Dick, Carey, dan Carey (2001) memandang desain pembelajaran sebagai sebuah sistem dan menganggap pembelajaran adalah proses yang sitematis. Pada kenyataannya cara kerja yang sistematis inilah dinyatakan sebagai model pendekaan sistem. Dipertegas oleh Dick, Carey, dan Carey (2001) bahwa pendekatan sistem selalu mengacu kepada tahapan umum sistem pengembangan pembelajaran (Instructional Systems Development /ISD). Jika berbicara masalah desain maka masuk ke dalam proses, dan jika menggunakan istilah instructional design (ID) mengacu kepada instructional system development (ISD) yaitu tahapan analisis, desain, pengembangan, implementasi, dan evaluasi. Instructional desain inilah payung bidang (Dick, Carey, dan Carey, 2001).
Komponen model Dick, Carey, dan Carey meliputi; pembelajar, pebelajar, materi, dan lingkunganDemikian pula dilingkungan pendidikan non formal meliputi; warga belajar (pebelajar), tutor (pembelajar), materi, dan lingkungan pembelajaran (Ditjen PMPTK PNF, 2006). Semua berinteraksi dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Bila melihat komponen bekerja dengan memuaskan atau tidak maka perlu mengembangkan format evaluasi (Dick, Carey, dan Carey, 2001). Jika dari hasil evaluasi menunjukkan unjuk kerja pebelajar tidak memuaskan maka komponen tersebut direvisi untuk mencapai kriteria efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Komponen model Dick, Carey, dan Carey dipengaruhi oleh Condition of Learning hasil penelitian Robert Gagne yang dipublikasikan pertama kali pada tahun 1965. Condition of learning ini berdasarkan asumsi psikologi behavioral, psikologi cognitive, dan konstruktivisme yang diterapkan secara eklektic (Dick, Carey, dan Carey, 2001). Tiga proyek utama yang dihasilkan oleh Gagne (Bostock, 1996) yaitu 1) instructional events, 2) types of learning outcomes, 3) internal conditions and external conditions. Ketiganya merupakan masukan yang penting dalam memulai kegiatan desain pembelajaran.
Komponen dan tahapan model Dick, Carey, dan Carey lebih kompleks jika dibandingkan dengan model pembelajaran yang lain seperti Morrison, Ross, & Kemp (2001). Walaupun model Morrison, Ross, & Kemp juga memandang desain pembelajaran sebagai sebuah sistem, tetapi sedikit berbeda. Mereka menyebutkan desain pembelajaran sebagai metode yang sistematis tetapi bukan pendekatan sitematis. Tahapan yang diguanakan yaitu perencanaan, pengembangan, evaluasi, dan management proses. Sedangkan komponen dasar sistem meliputi learners, objectives, methods, dan evaluation yang selanjutnya dikembangkan menjadi 9 (sembilan) rencana desain pembelajaran.
Pada umumnya, tahap pertama dalam desain pembelajaran adalah analisis untuk mengetahui kebutuhan dalam pembelajaran, dan mengidentifikasi masalah-masalah apa yang akan dipecahkan. Model Dick, Carey, dan Carey menerapkan tahapan ini, dengan demikian pengembangan yang dilakukan berbasis kebutuhan dan pemecahan masalah. Produk yang direkomendasikan dalam model ini yaitu sebuah produk yang dapat digunakan untuk belajar mandiri (Nasution, 1995; Dick, Carey, dan Carey, 2001; Heinich, Molenda, Russel, & Smadino, 2002). Model ini juga memungkinkan warga belajar menjadi aktif berinteraksi karena menetapkan strategi dan tipe pembelajaran yang berbasis lingkungan. Dengan bentuk pembelajaran yang berbasis lingkungan, yang disesuaikan dengan konteks dan setting lingkungan sekitar atau disebut juga sebagaisituational approach oleh Canale & Swain (1980) memungkinkan pebelajar bahasa (sebagaimana dinyatkan oleh Sadtono, 1987) dapat mengoptimalkan kompetensi komunikatif.
Seperti yang diuraikan sebelumnya, tahapan model pengembangan sistem pembelajaran (Instructional Systems Develovment / ISD) Dick, Carey, dan Carey (2001) terdiri dari 10 tahapan. Tahapan tersebut dapat dicermati sebagaimana dalam gambar 2.2. Khusus tahapan ke 10 tidak dimasukkan dalam gambar, karena itu landasan teori penelitian ini dikembangkan berdasarkan 9 tahapan. Berikut dijelaskan tahapan pengembangan sistem pembelajaran Dick, Carey, and Carey:
Gambar 2.2 Model rancangan pembelajaran Dick, Carey, dan Carey (2001)

B.     Langkah-Langkah Model Pembelajaran  Dick and Carey (DC)
Dick and Carey Model (DC) mengikuti pola dasar instructional design ADDIE (analysis, design, development, implementation and evaluation ). Model Dick and Carey adalah salah satu dari Model Prosedural. Yaitu model yang menyarankan agar penerapan prinsip disain pembelajaran disesuaikan dengan langkah-langkah yang harus di tempuh secara berurutan. Model ini terdiri dari 10 komponen:
1.      Analisis kebutuhan untuk menentukan tujuan (Identifying goals)

Analisis kebutuhan untuk menentukan tujuan pembelajaran adalah langkah pertama yang dilakukan untuk menentukan apa yang anda inginkan setelah warga belajar melaksanakan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat diperoleh dari serangkaian tujuan pembelajaran yang ditemukan dari analisis kebutuhan, dari kesulitan-kesulitan warga belajar dalam praktek pembelajaran, dari analisis yang dilakukan oleh orang-orang yang bekerja dalam bidang, atau beberapa keperluan untuk pembelajaran yang aktual.

Menentukan tujuan dari sistem yang dibangun. Yang dimaksud dengan tujuan di sini adalah kemampuan yang dapat diperoleh pembelajar setelah menyelesaikan pelajaran.
Harles (1975) melukiskan hubungan kerjasama dan partisipasi ketiga pihak dalam mengidentifikasi kebutuhan instruksional dalam bentuk segitiga sebagai berikut :
Kemampuan yang akan dicapai (tujuan)

Siswa                                                    pendidik
secara umum informasi yang dicari dalam proses mengidentifikasi kebutuhan instruksional adalah kompetensi siswa saat ini untuk dibandingkan dengan kompetensi yang seharusnya dikuasai untuk dapat melaksanakan pekerjaan atau tugasnya dengan baik.
Bagi pengembang instruksional, informasi yang bermanfaat adalah informasi tentang kurangnya prestasi siswa yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan keterampilan, bukan yang disebabkan oleh kurangnya peralatan kerja, sikap atassan atau lingkungan kerja lainnya. Hanya masalah yang disebabkan kurangnya siswa dalam mendapatkan kesempatan pendidikan atau pelatihan yang dapat diatasi dengan kegiatan instruksional.
Seringkali pengembang instruksional terlalu cepat mengambil kesimpulan, bahwa setiap indicator yang menunjukkan rendahnya prestasi siswa harus diselesaikan dengan pelajaran atau pelatihan. Kesimpulan seperti itu belum tentu benar, seharusnya pengembang instruksional melakukan satu langkah tambahan yaitu mencari factor penyebab ketidakmampuan siswa sebelum menentukan cara membantunya dalam mencapai kemampuan yang diharapkan.
Berdasarkan teori belajar yang disusun Gagne merupakan perpaduan yang seimbang antara behaviorisme dan kognitivisme, yang berpangkat pada teori proses informasi. Menurut Gagne seperti dikutip oleh Worell dan Stilwell (1981) cara berpikir seseorang tergantung pada;
1)      keterampilan apa yang telah dipunyainya
2)      keterampilan serta hierarki apa yang diperlukan untuk mempelajari suatu tugas.

2.      Melakukan analisis Pembelajaran (Conducting instructional analysis)

Setelah mengidentifikasi tujuan-tujuan pembelajaran, langkah selanjutnya adalah menentukan langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Langkah terakhir dalam proses analisis tujuan pembelajaran adalah menentukan keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang disebut sebagai entry behavior (perilaku awal/masukan) yang diperlukan oleh warga belajar untuk memulai pembelajaran.
Menentukan kemampuan apa saja yang terlibat dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan dan menganalisa topik atau materi yang akan dipelajari. Analisis ini akan menghasilkan diagram tentang keterampilan-keterampilan/ konsep dan menunjukkan keterkaitan antara keterampilan konsep tersebut.
Menurut Dick & Carey (2005), analisis instruksional adalah suatu prosedur, yang apabila diterapkan pada suatu tujuan instruksional akan menghasilkan suatu identifikasi kemampuan-kemampuan bawahan yang diperlukan bagi siswa untuk mencapai tujuan instruksional. Sedangkan menurut Essef (dalam Zuhairi), analisis instruksional adalah suatu alat yang dipakai para penyusun desain instruksional atau guru untuk membantu mereka didalam mengidentifikasi setiap tugas pokok yang harus dikuasai/dilaksanakan oleh siswa dan sub tugas yang membantu siswa dalam menyelesaikan tugas pokok.
Gagne (1985) mengidentifikasi lima kategori utama belajar yaitu :
1               informasi verbal,
2               keterampilan intelektual,
3               strategi kognitif,
4               sikap
5               keterampilan motorik
Berbagai kondisi internal dan eksternal yang diperlukan untuk setiap jenis belajar. Misalnya, untuk strategi kognitif untuk belajar, harus ada kesempatan untuk berlatih mengembangkan solusi untuk masalah-masalah baru, untuk mempelajari sikap, peserta didik yang harus terkena yang kredibel peran model atau argumen persuasif.
Tabel 1.1 unjuk kerja setiap kapabilitas
Kapabilitas belajar
Unjuk kerja
  1. Informasi verbal
  2. Keterampilan intelektual
Deskriminasi
Konsep konkrit
Konsep abstrak
Kaidah
Kaidah tingkat tinggi
3.      Strategi kognitif

4.      Sikap

  1. Keterampilan motorik
Menyertakan informasi
Menggunakan symbol untuk berinteraksi dengan lingkungan
Membedakan perangsang yang memiliki dimensi fisik yang berlainan
Mengidentifikasi contoh-contoh
Mengklasifikasikan contoh-contoh dengan menggunakan ungkapan verbal atau definisi
Menunjukkan aplikasi suatu kaidah
Mengembangkan kaidah baru untuk memecahkan masalah
Mengembangkan cara-cara baru untuk memecahkan masalah. Menggunakan berbagai cara untuk mengontrol proses belajar dan berpikir.
Memilih berprilaku dengan cara tertentu
Melakukan gerakan tubuh yang luwes dan cekatan, serta dengan urutan yang benar

Tabel 1.2 Kondisi untuk belajar kapabilitas yang berbeda
Kapabilitas Belajar
Kondisi internal
Kondisi eksternal
Informasi verbal
Mengingat perangkat pengetahuan terorganisasi yang telah ada
Menyajikan konteks yang bermakna
Keterampilan intelektual
Mengingat komponen keterampilan intelektual yang lebih sederhana
Menyajikan secara berlanjut situasi baru untuk dipecahkan
Strategi kognitif
Mengingat konsep dan kaidah yang relevan
Menyajikan secara berlanjut situasi baru bermasalah yang menuntut cara pemecahan baru.
Sikap
Mengingat informasi dan keterampilan intelektual yang relevan dengan tindakan personal yang di inginkan
Member kesempatan mengamati model perilaku
Mengganjar pilihan tindakan personal
Keterampilan
Mengingat komponen-komponen rangkaian gerakan motorik
Memberi kesempatan latihan keterampilan secara utuh

Gagne menyatakan bahwa tugas belajar untuk kemampuan intelektual dapat disusun dalam hirarki sesuai dengan kompleksitas, pengakuan rangsangan, respon generasi, prosedur berikut ini, penggunaan istilah, discriminations, konsep formasi, aturan aplikasi, dan pemecahan masalah. Kepentingan utama dari hirarki adalah untuk mengidentifikasi prasyarat yang harus diselesaikan untuk memfasilitasi belajar pada setiap tingkat. Prasyarat dikenal dengan melakukan tugas analisis belajar / pelatihan tugas.
3.      Menganalisis warga belajar dan lingkungannya (Identifying entry behaviors and learner characteristics)

Analisis pararel terhadap warga belajar dan konteks dimana mereka belajar, dan konteks apa tempat mereka menggunakan hasil pembelajaran. Keterampilan-keterampilan warga belajar yang ada saat ini, yang lebih disukai, dan sikap-sikap ditentukan berdasarkan karakteristik atau setting pembelajaran dan setting lingkungan tempat keterampilan diterapkan. Langkah ini adalah langkah awal yang penting dalam strategi pembelajaran.
Menentukan kemampuan minimum apa saja yang harus dimiliki pembelajar untuk menyelesaikan tugas-tugas. Ketika melakukan analisis terhadap keterampilan-keterampilan yang perlu dilatihkan dan tahapan prosedur yang perlu dilewati, juga harus dipertimbangkan keterampilan apa yang telah dimiliki siswa saat mulai mengikuti pengajaran. Yang penting juga untuk diidentifikasi adalah karakteristik khusus siswa yang mungkin ada hubungannya dengan rancangan aktivitas-aktivitas pengajaran. Misalnya pembelajar harus memliki kemampuan membaca, kemampuan perhitungan dasar atau kemampuan verbal dan spatial. Kepribadian dari pembelajar juga mempengaruhi design yang akan dibuat.




4.      Merumuskan tujuan khusus (Writing performance objective)
Menuliskan tujuan unjuk kerja (tujuan pembelajaran). Berdasarkan analisis tujuan pembelajaran dan pernyataan tentang perilaku awal, catatlah pernyataan khusus tentang apa yang dapat dilakukan oleh warga belajar setelah mereka menerima pembelajaran. Pernyataan-pernyataan tersebut diperoleh dari analisis pembelajaran. Analisis pembelajaran dimaksudkan untuk mengidentifikasi keterampilan-keterampilan yang dipelajari, kondisi pencapaian unjuk kerja, dan kriteria pencapaian unjuk kerja.
Komponen ini bertujuan untuk menguraikan tujuan umum menjadi tujuan yang lebih spesifik pada tiap tahapan pembelajaran. Di tiap tahapan akan ada panduan pembelajaran dan pengukuran performansi pembelajar.
5.      Mengembangkan instrumen penilaian (Developing criterion-referenced test items)

Berdasarkan tujuan pembelajaran yang tertulis, kembangkan produk evaluasi untuk mengukur kemampuan warga belajar melakukan tujuan pembelajaran. Penekanan utama berada pada hubungan perilaku yang tergambar dalam tujuan pembelajaran dengan untuk apa melakukan penilaian.
Test items harus dirancang untuk menyediakan kesempatan bagi pembelajar untuk mendemonstrasikan kemampuan dan pengetahuan yang dinyatakan dalam tujuan.
Bagian ini bertujuan untuk:
·         Mengetahui prasyarat yang telah dimiliki pembelajar untuk mempelajari kemampuan baru
·         Mencek hasil yang telah diperoleh pembelajar selama proses pembelajaran
·         Menyediakan dokumen perkembangan pembelajar untuk orang tua atau administrator
Bagian ini berguna untuk:
·         Memberikan evaluasi terhadap sistem yang digunakan
·         Pengukuran awal terhadap performansi sebelum perencanaan pengembangan pelajaran dan materi instruksional
6.      Mengembangkan strategi pembelajaran (Developing instructional strategy)

Strategi pembelajaran meliputi; kegiatan prapembelajaran (pre-activity), penyajian informasi, praktek dan umpan balik (practice and feedback, pengetesan (testing), dan mengikuti kegiatan selanjutnya. Strategi pembelajaran berdasarkan teori dan hasil penelitian, karakteristik media pembelajaran yang digunakan, bahan pembelajaran, dan karakteristik warga belajar yang menerima pembelajaran. Prinsip-prinsip inilah yang digunakan untuk memilih materi strategi pembelajaran yang interaktif.
Menentukan aktifitas instruksional yang membantu dalam pencapaian tujuan. Dimana, strategi tersebut akan meliputi aktivitas preinstruksional, penyampaian informasi, praktek dan balikan, testing, yang dilakukan lewat aktivitas. Misalnya membaca, mendengarkan, hingga eksplorasi internet. Aktifitas instruksional ini dapat dikembangkan oleh instruktur sesuai dengan latar belakang, kebutuhan, dan kemampuan pembelajar atau bisa saja pembelajar menggabungkan pengetahuan yang baru didapatkan dengan pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki untuk membentuk pemahaman baru. Proses pembelajaran juga dapat dilakukan secara berkelompok atau individual.

7.      Mengembangkan materi pembelajaran (Developing and selecting instructional materials)
Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran, produk pengembangan ini meliputi petunjuk untuk warga belajar, materi pembelajaran, dan soal-soal. Materi pembelajaran meliputi : petunjuk untuk tutor, modul untuk warga belajar, transparansi OHP, videotapes, format multimedia, dan web untuk pembelajaran jarak jauh. Pengembangan materi pembelajaran tergantung kepada tipe pembelajaran, materi yang relevan, dan sumber belajar yang ada disekitar perancang.
Bagian ini berkaitan dengan media yang digunakan untuk proses pembelajaran untuk menghasilkan pengajaran yang meliputi petunjuk untuk siswa, bahan pelajaran, tes dan panduan guru. Media pembelajaran dapat berupa pemberian materi/perkuliahan, pemberian tugas, powerpoint, internet, paket computer-assisted-instruction, dan sebagainya. Permasalahan terletak pada penentuan media yang tepat untuk mencapai tujuan dan hal ini tidak sama untuk setiap pembelajar.

8.      Merancang & Mengembangkan Eva Formatif (Designing and conducting the formative evaluation of instruction)
Dalam merancang dan mengembangkan evaluasi formative yang dihasilkan adalah instrumen atau angket penilaian yang digunakan untuk mengumpulkan data. Data-data yang diperoleh tersebut sebagai pertimbangan dalam merevisi pengembangan pembelajaran ataupun produk bahan ajar. Ada tiga tipe evaluasi formatif : uji perorangan (one-to-one), uji kelompok kecil (small group) dan uji lapangan (field evaluation).
Formative evaluation bertujuan menyediakan data untuk revisi dan pengembangan instructional materials. Selain itu, Evaluasi ini juga dilakukan untuk mengumpulkan data yang akan digunakan untuk mengidentifikasi bagaimana meningkatkan pengajaran. Evaluasi ini dapat dilakukan, misalnya, dengan cara mewawancarai setiap pembelajar.

9.      Merevisi Pembelajaran (Revising instruction)
Data yang diperoleh dari evaluasi formative dikumpulkan dan diinterpretasikan untuk memecahkan kesulitan yang dihadapi warga belajar dalam mencapai tujuan. Bukan hanya untuk ini, singkatnya hasil evaluasi ini digunakan untuk merevisi pembelajaran agar lebih efektif.
Revisi harus menjadi bagian konstan dalam proses design. Revisi dilakukan berdasarkan hasil dari tiap komponen model ini. Pada tahap ini, data dari evaluasi sumatif yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya diringkas dan dianalisis serta diinterpretasikan untuk diidentifikasi kesulitan yang dialami oleh siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Begitu pula masukan dari hasil implementasi dari pakar/validator. Mungkin saja tahapan-tahapan pembelajaran kurang efektif dalam pencapaian tujuan akhir, atau aktifitas, media, dan penugasan yang telah ditentukan tidak membantu dalam memperoleh tujuan.

10.  Mengembangkan evaluasi sumatif (Conducting summative evaluation)
Di antara kesepuluh tahapan desain pembelajaran di atas, tahapan ke-10 (sepuluh) tidak dijalankan. Evaluasi sumative ini berada diluar sistem pembelajaran model Dick & Carey, (2001) sehingga dalam pengembangan ini tidak digunakan.
Summative evaluation bertujuan mempelajari efektifitas keseluruhan sistem dan dilakukan setelah tahap formative evaluation.

C.     Karakteristik, Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Dick and Carey

Model pembelajaran Dick and Carey memiliki karakteristik, kelebihan serta kekurangan, sebagai berikut:

1. Karakteristik Dick and Carey Model
·         Dalam penerapan model ini, setiap komponen bersifat penting dan tidak boleh ada yang dilewati
·         Penggunaan model ini mungkin akan menghalangi kreatifitas instructional designer profesional
·         DC Model menyediakan pendekatan sistematis terhadap kurikulum dan program design. Ketegasan model ini susah untuk diadaptasikan ke tim dengan banyak anggota dan beberapa sumber yang berbeda
·         Cocok diterapkan untuk e-learning skala kecil, misalnya dalam bentuk unit, modul, atau lesson
2.   Kelebihan dari Dick and Carey Model adalah:
·         Setiap langkah jelas, sehingga dapat diikuti
·         Teratur, Efektif dan Efisien dalam pelaksanaan
·         Merupakan model atau perencanaan pembelajaran yang terperinci, sehingga mudah diikuti
·         Adanya revisi pada analisis instruksional, dimana hal tersebut merupakan hal yang sangat baik, karena apabila terjadi kesalahan maka segera dapat dilakukan perubahan pada analisis instruksional tersebut, sebelum kesalahan didalamnya ikut mempengaruhi kesalahan pada komponen setelahnya
·         Model Dick & Carey sangat lengkap komponennya, hampir mencakup semua yang dibutuhkan dalam suatu perencanaan pembelajaran.
3.   Kekurangan dari Dick and Carey Model adalah:
·         Kaku, karena setiap langkah telah di tentukan
·         Tidak semua prosedur pelaksanaan KBM dapat di kembangkan sesuai dengan langkah-langkah tersebut
·         Tidak cocok diterapkan dalam elearning skala besar
·         Uji coba tidak diuraikan secara jelas kapan harus dilakukan dan kegiatan revisi baru dilaksanakan setelah diadakan tes formatif
·         Pada tahap-tahap pengembangan tes hasil belajar, strategi pembelajaran maupun pada pengembangan dan penilaian bahan pembelajaran tidak nampak secara jelas ada tidaknya penilaian pakar (validasi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

semoga bermanfaat.... kalo ada yang salah,, mungkiin ada kritik dan sebagaiinya.. komenn aja, sebagai masukan. terima kasih.